Review 'Memory': Ketegangan Mengungkap Perdagangan Manusia dengan Ingatan Terbatas

- Selasa, 17 Mei 2022 | 11:07 WIB
Adegan di film Memory. (Istimewa).
Adegan di film Memory. (Istimewa).

Bila kamu suka dengan film action thriller dengan tema kriminal yang menegangkan, mungkin film ini cocok untuk dinikmati. Adalah 'Memory', sebuah film yang diangkat dari sebuah novel dan remake dari film berjudul 'The Memory of a Killer.'

Apalagi bintang dan sutradaranya diisi oleh nama berpengalaman. Sebut saja Liam Nesson, Guy Pearce, serta Monica Belluci. Sementara di kursi sutradara diisi Martin Campbell, sosok yang membuat 'Casino Royale' menjadi film James Bond terbaiknya Daniel Craig.

Film ini banyak mengangkat isu perdagangan manusia dan relasi kuasa orang-orang yang seenaknya membeli hukum, melawan mereka yang bekerja demi menegakkan keadilan. 

Benarkah keadilan bisa ditegakkan?

Sinopsis 

Seorang pembunuh bayaran, Alex Lewis (Liam Neeson) menemukan bahwa dia menjadi target setelah dia menolak untuk menyelesaikan pekerjaan untuk organisasi kriminal yang berbahaya. 

-
Adegan di film Memory. (Istimewa).

 

Alex harus dengan cepat memburu dan membunuh orang-orang yang mempekerjakannya sebelum mereka dan agen FBI Vincent Serra (Guy Pearce) menangkapnya terlebih dahulu. 

Namun Alex memiliki masalah lain, yaitu memori ingatan dirinya yang mulai terganggu, dia terpaksa mempertanyakan setiap tindakannya, mengaburkan batas antara benar dan salah. Sebuah remake dari film berjudul 'The Memory of a Killer'.

Review

Secara plot dan alur cerita, film ini memukau dengan menyajikan konflik yang rumit. 

Ketika seorang pembunuh bayaran yang mengidap alzheimer masih memiliki nurani untuk tak menghabisi targetnya lantaran masih anak-anak. Sementara di sisi satunya ada petugas FBI yang mencoba mencarikan perlindungan kepada anak korban traficking, malah membuat sang anak terbunuh. 

Kematian anak itu yang kemudian meningkatkan ketegangan dan perseteruan dingin di antara masing-masing karakter. Para karakter pun saling menyusun puzzle dan menemukan dalangnya, meski sayangnya mereka kesulitan mendekati sang dalang karena dia mengontrol hukum.

Film ini harus diakui dalam memberikan porsi yang seimbang ke semua karakter, bahkan ke karakter pendukung sekalipun. Termasuk konflik, sayangnya secara visualisasi seperti banyak yang keteteran.

Ada beberapa pace yang terlalu cepat serta penderitaan alzheimer dan ingatan bermasalah Alex Lewis tak digali lebih dalam lantaran hal itulah yang intin menjadi kenangan. Selain tiu, film ini agak sedikit melempem dan kebingungan di akhir, walaupun banyak yang puas dengan ending cerita.

Rating Indozone: 6,5/10

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X