Sutradara dari 'Piknik Pesona' Ceritakan Proses Syuting, Lebih Banyak Pakai Aktor Lokal

- Kamis, 1 September 2022 | 06:00 WIB
Sutradara untuk film pendek dari proyek Piknik Pesona ceritakan proses syuting. (indozone/mriofani)
Sutradara untuk film pendek dari proyek Piknik Pesona ceritakan proses syuting. (indozone/mriofani)

Vision+ bersama Palari Films bekerja sama untuk proyek Piknik Pesona yang menghadirkan 10 film pendek yang digarap 10 sutradara dari 10 daerah yang berbeda. Mereka kemudian menceritakan proses syuting dari setiap film tersebut.

Sepuluh film tersebut berjudul (s)Aya karya Aditya Ahmad, Bakmi Bangka karya Winnie Benjamin, Evakuasi Mama karya Anggun Priambodo, Gedang Renteng karya Gianni Fajri, Golden Age karya M Reza Fahriyansyah.

Kemudian ada juga Jus Nanas Kue Lapis karya Ariani Darmawan, Marsiti dan Sapi-Sapi karya Wisnu Surya Pratama, Pecel Kronikel karya Gugun Arief, Percakapan Kecil karya Tumpal Tampubolon, dan terakhir Uma de Raffa karya Abe.

-
Sutradara untuk film pendek dari proyek Piknik Pesona ceritakan proses syuting. (indozone/mriofani)

Wisnu Surya Pratama menceritakan sedikit tentang film dan produksi dibaliknya, di mana Marsiti dan Sapi-Sapi yang menceritakan tentang seorang gadis remaja perempuan yang berambisi menjadi joki balapan sapi.

"Jadi Marsiti dan Sapi-Sapi lebih menceritakan cita-cita seorang gadis remaja yang kadang cita-citanya itu berbenturan dengan norma yang ada di masyarakat. Terutama masih kentalnya budaya patriarki," ungkapnya.

"Film saya basenya di sebuah desa namanya Kalibaru, perbatasan antara Banyuwangi dan Jember. Namun di sebuah desa ada kultur, kultur Madura jadi saya ingin membuat film pendek dengan bahasa Madura. Kemudian ada desa yang bersebelahan, di situ ada tradisi Karapan Sapi," tambah Wisnu.

Wisnu juga mengakui bahwa dirinya ingin mencoba untuk membuat suatu hal lokalitas. Dimana seluruh castnya kebanyakan dari orang-orang lokal dan pemeran utamanya adalah wanita.

-
Seluruh sutradara Piknik Pesona bersama Parali Films dan Vision+. (indozone/mriofani)

Abe, sutradara untuk film pendek Uma de Raffa yang tinggal di Nusa Tenggara Timur mengungkapkan bagaimana film tersebut lahir dari keresahannya. Di mana ia juga merasa terasing dengan tanah kelahirannya sendiri.

"Film ini lahir dari kegelisahan sebetulnya. Saya lahir di Nusa Tenggara Timur yang menyediakan lanskap wisata yang beragam, eksotis. Tapi sebagai orang yang lahir dan tumbuh besar di sana, terkadang kita terasing dengan tanah kita sendiri dengan alam kita sendiri," ungkap Abe.

-
Vision+ bersama Palari Films bahas proyek Piknik Pesona. (indozone/mriofani)

Dibalik semua itu, Abe mengakui bahwa dirinya merasa beruntung mendapatkan kesempatan untuk memproduksi film dari tanah asalnya. Hal ini menjadi kesempatan besar untuknya dan anak-anak di tanah asalnya.

"Saya bersama teman-teman di Kupang akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menyumbangkan cerita yang mungkin bisa membuat film pendek Indonesia jauh lebih beragam," ujar Abe.

Abe mengakui bahwa mereka minim kesempatan untuk membuat film pendek dengan properti dan persiapan yang lebih matang. Maka, saat mendapatkan kesempatan tersebut, ia memberanikan diri untuk membuat film daerah dengan para cast lokal.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X