Film bertajuk 'Anak Garuda' yang terinspirasi dari para lulusan sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) kini siap dinikmati di bioskop dalam waktu dekat. Menariknya, film tersebut digarap langsung oleh para lulusan itu sendiri di bawah rumah Produksi Butterfly Pictures.
Apa sebenarnya sekolah SPI itu sendiri? Sekolah Selamat Pagi Indonesia merupakan sekolah gratis yang diperuntukkan kepada para anak yatim piatu atau mereka yang tidak mampu.
Sekolah yang didirikan oleh Julianto Eka Putra (Ko Jul) tersebut ternyata tidak hanya mengajari kurikulum pendidikan, namun juga berbagai bidang lain sesuai minat. Salah satunya membuat film layar lebar.
Untuk itulah, pihak Butterfly Pictures yang terdiri dari para lulusan sekolah tersebut menggagas film yang diangkat dari kisah mereka sendiri. Bekerjasama dengan para produser dan sutradara Faozan Rizal dan Verdy Solaeman serta penulis sekenario handal Alim Sudio, mereka memperkenalkan film tersebut kepada khalayak media kemarin (13/1/2020) di kawasan Epicentrum Walk, Jakarta.
Di hadapan media, Yohana salah satu alumni SPI yang juga menjadi produser di film ini menuturkan, rasa tidak percaya diri waktu diminta untuk menjadi produser film ini. Selain karena kurang percaya diri, ia merasa belum memiliki pengalaman sebagai seorang produser.
"Ini tanggung jawab yang luar biasa buat kita. Ini film pertama dan lansgung syuting ke Ropa. Jujur sebagai manusia, kita punya rasa takut. Apakah kepercayaan yang besar ini bisa membuat sebuah film sampai syuting di Eropa apakah benar-benar bisa berjalanan. Tapi yang Yohana syukuri, hari ini kita bisa bertemu dengan media dan menggelar gala premiere malam ini. Ini buat kami merupakan kemenangan dari Tuhan," tutur Yohana berkaca-kaca.
Film ini mengangkat kisah tujuh siswa alumni SPI yang harus bahu membahu untuk memangun kerjasama tim di antara kekurangan, rasa kurang percaya diri, serta ego mereka masing-masing.
Ceritanya ditulis dengan baik oleh Alim Sudio yang mendapat pengembangan cerita dari Verdy Soleman atau Faozan Ramli sendiri. Sang penulis akui memang banyak keunikan dari mereka yang dipilah dan bisa diangkat dalam cerita ini.
"Mereka punya latar belakang yang real dan berbeda, masing-masing punya keunikan, dan masing-masing punya kontribusi atas konflik yang muncul. Dan kita juga workshop berapa kali bersama Verdy, sama Fao, dan Koh Jul juga supaya mereka interaksi. Jadi masing-masing dari mereka tidak ada yang tertinggal (tenggelam karakternya)," tutur Alim langsung kepada Indozone.
Hal yang senanda juga dituturkan Verdy Solaeman saat diwawancara Indozone. Menurut aktor dan putra dari Hengky Soleaman ini, film ini merupakan film ensemble di mana ceritanya tidak berfokus pada satu atau dua karakter semata. Karena ada tujuh karakter dalam cerita tersebut yang sangat menginspirasi.
"Waktu awal-awal ngobrol sama Alim untuk development cerita, saya sempat ngobrol-ngobrol bahwa ini ensemble movie, bukan satu tokoh atau dua yang menjalankan motor cerita. Seperti laylanya Seven Samurai, Magnificient 7, jadi ensemble. Jadi dari awal Alim sudah tahu bahwa satu plot itu bisa dimotori beberapa karakter. Mudah-mudahan nati pas nonton, penonton punya favorit tokohnya masing-masing," ujar Verdy kepada Indozone.
Film yang tayang pada 16 Januari 2020 mendatang diisi oleh beberapa pemain muda yang berperan sebagai tokoh asli para alumni SPI sendiri. Seperti Tissa Bisani sebagai Sayidah, Violla Georgie sebagai Yohana, Ajil Ditto sebagai Robert, Clairine Clay sebagai Olfa, Geraldy Krechoff sebagai Wayan, Rania Putrisari sebagai Sheren, Rebbeca Clopper sebagai Dila, serta Kiki Narendra sebagai Koh Jul, pendiri dari SPI.
