Film biografi The Swimmers diangkat dari kisah nyata karya sutradara Sally El Hosaini. Film The Swimmers mengisahkan tentang perenang profesional, Yusra (17) dan Sara Mardini (20) yang berjuang keluar dari Suriah dan mengejar impian mereka.
Kisahnya mengikuti kakak beradik Yusra dan Sara Mardini asal Suriah yang diperankan oleh Nathalie Issa dan Manal Issa. Mereka adalah seorang perenang profesional yang dilatih langsung oleh sang ayah, yang merupakan mantan atlet renang. Keduanya dikenal karena kisah heroik saat melarikan diri dari perang Suriah yang sedang berlangsung.
Sinopsis The Swimmers
Perang dimulai ketika pemerintah setempat menemukan banyak pemberontak yang menentang kekuasaan Presiden Bashar Al-Assad pada 2011. Perang tersebut membuat banyak warga memutuskan untuk keluar negeri menyelamatkan diri.
Sarah kemudian meyakinkan keluarganya bahwa ia dan Yusra beserta sepupu mereka, Nizar (Ahmad Malek) harus memulai perjalanan ke Jerman, tempat beberapa teman mereka melarikan diri. Rencana mereka adalah mengajukan reuni keluarga yang memungkinkan beberapa anggota keluarga yang lain untuk bergabung sebelum usia Yusra menginjak 18 tahun.
Meski awalnya ditentang oleh kedua orang tua mereka karena dinilai berbahaya, akhirnya ketiganya melakukan perjalanan menuju Jerman pertama kalinya di 2015.
Keluar perbatasan tentu bukan perjalanan yang mudah bagi mereka bertiga, bahkan sangat berbahaya. Ketakutan, perasaan cemas, dan bingung selalu menghantui mereka terlebih mengenai stigma warga Eropa yang tidak setuju.
Selama perjalanan, ketiganya beserta rombongan pengungsi lain dari berbagai daerah tiba di Lebanon kemudian harus melanjutkan perjalanan ke Turki.
Setibanya di Turki, mereka mengatur rencana agar bisa diselundupkan ke Yunani menggunakan perahu.
Sayangnya, perahu yang mereka tumpangi sangat enggak layak. Bahkan mereka hanya menaiki sebuah perahu karet yang entah beberapa kali digunakan para pengungsi sebelumnya dengan berbagai bentuk tambalan di sekitarnya. Belum lagi jumlah pengungsi yang ikut melebihi muatan kapal sehingga berpotensi tenggelam, jauh sebelum mereka sampai ke daratan.
Tapi karena enggak ada pilihan lain, para pengungsi tersebut saling membantu agar mereka bisa menyebrangi laut dengan selamat. Dan benar saja, di pertengahan jalan perahu mereka mati mesin di tengah laut Aegea. Sementara itu, 18 pengungsi tersebut harus berjuang melawan arus ombak yang sangat kencang di tengah lautan tanpa bantuan siapa pun.
Mereka semua pun terpaksa untuk membuang segala macam barang bawaan yang menambah beban berat perahu.
Berbekal pengalaman renang dan ilmu bertahan yang diajarkan oleh sang ayah, mereka berhasil membawa para pengungsi ke daratan. Hari itu, perjalanan dengan perahu yang seharusnya ditempuh selama kurang lebih 45 menit berubah menjadi tiga setengah jam.
Memantapkan karier di Jerman
Setibanya di Jerman dan mengklaim status pengungsi, Yusra kembali memantapkan cita-citanya untuk menjadi atlet renang dan mengikuti kompetisi di Olimpiade Rio 2016. Dengan bantuan pelatih Jerman Sven (Matthias Schweighöfer), Yusra akhirnya berhasil menjadi atlet pengungsi yang memenangkan Olimpiade Rio saat itu.
Namanya pun mendapat sorotan publik karena berhasil memenangkan kompetisi dunia tersebut sebagai perwakilan dari para pengungsi. Perjuangan mereka menentang berbagai macam diskriminasi pun terbayarkan.
