Film 12 Angry Men, Karya Seni Legendaris yang Digemari Hingga Sekarang

- Jumat, 28 Februari 2020 | 11:28 WIB
Adegan dalam film '12 Angry Men'. (Unitedartist/Newscom)
Adegan dalam film '12 Angry Men'. (Unitedartist/Newscom)

Bagi para pencinta film, judul ‘12 Angry Men’ mungkin menjadi salah satu urutan teratas dari daftar film terbaik mereka. Pasalnya, meskipun dirilis pada tahun 1957 lalu dan masih termasuk film hitam-putih, karya seni legendaris yang mendapatkan rating 8.9/10 di IMDb ini nyatanya masih banyak dicari dan direkomendasikan oleh para pencinta film hingga saat ini.

Film 12 Angry Men menceritakan tentang sekelompok juri yang sedang berdebat untuk menentukan apakah terdakwa pantas dinyatakan bersalah atau tidak. Terdakwa adalah seorang anak laki-laki asal Amerika Latin, ia dituduh telah melakukan kasus pembunuhan dengan menusuk ayahnya hingga tewas.

Dari 12 anggota juri yang berdebat, sebelas juri berpendapat bahwa anak tersebut bersalah. Sedangkan satu anggota juri sisanya, yaitu juri nomor 8 yang diperankan oleh Henry Fonda, percaya bahwa anak tersebut tidak bersalah dan bersikeras untuk meyakinkan ke sebelas anggota juri lainnya.

Dalam proses perdebatan yang semakin memanas, sedikit demi sedikit diketahuilah berbagai motif dan latar belakang mengapa juri lainnya ingin memutuskan bahwa terdakwa tersebut harus dijatuhi hukuman.

Latar belakang dan pengalaman hidup para juri menjadi faktor yang memengaruhi mereka dalam mengambil keputusan. Jadi, keputusan yang mereka ambil bukan secara obyektif berdasarkan bukti dan fakta yang ada, melainkan sudut pandang pribadilah yang mendominasi.

Menurut sebagian besar review penonton atas film ini, 12 Angry Men merupakan salah satu film dengan genre drama terbaik sepanjang masa. Dengan kesan simpelnya di mana hanya sedikit pemeran yang terlibat, semua adegan dilakukan dalam satu ruangan, dan hanya dialog serta gestur tubuh para pemeranlah yang ditonjolkan. Namun demikian, film ini justru mampu mengubah kesederhanaan tersebut menjadi daya tariknya.

Terbukti dari atensi tinggi yang tetap terjaga hanya dengan mengandalkan dialog tanpa aksi dari para pemerannya. Lalu setiap pemeran mendapat porsi sorotan kamera dan signifikansi peran yang hampir sama meskipun Fonda yang tetap menjadi bintang utamanya.

Selain itu, kasus kejahatan yang dilakukan oleh anak kecil tersebut tidak pernah diperlihatkan reka adegannya. Jadi semua diserahkan pada imajinasi liar penonton yang hanya bermodalkan narasi dan percakapan dari para anggota juri untuk melakukan reka adegan di kepala masing-masing.

Hal menarik lainnya adalah dengan penambahan detail adegan seperti kejadian tersebut terjadi pada hari terpanas ketika musim panas berlangsung. Sehingga panasnya udara memengaruhi emosi para anggota juri, hal tersebut membuat mereka menjadi lebih mudah marah dan menjadikan perdebatan bertambah panas.
 


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X