Ada sebuah teori gila dari fans Marvel Cinematic Universe (MCU) tentang Doctor Strange dan Tony Stark. Disebutkan bahwa Doctor Strange sengaja membunuh Tony Stark di pertarungan terakhir Avengers: Endgame.
Seperti yang diketahui, Tony Stark mengorbankan dirinya dalam pertempuran melawan Thanos. Setelah merebut enam infinity stones dari Thanos, Stark yang memakai infinity gauntlet langsung menjentikkan jarinya untuk memusnakan Thanos dan pasukannya.
Nah, sebelum momen pengorbanan itu terjadi, Doctor Strange mengangkat satu jari ke arah Stark. Doctor Strange mengisyaratkan jika Stark harus berkorban, karena itu satu-satunya kemungkinan mereka menang melawan Thanos.
Baca Juga: 5 Adegan yang Paling Membuat Sedih Penggemar di MCU, Kematian Tony Stark hingga Bibi May
Sebelumnya di Avengers: Infinity War, Doctor Strange menggunakan Eye of Agamotto untuk melihat peluang menang mereka melawan Thanos. Saat itu, Doctor Strange menyebut peluang mereka menang 1:14 juta.
Ada yang menyebut, Doctor Strange sengaja mengorbankan Tony Stark di Avengers: Endgame, karena dinilai bakal jadi ancaman berikutnya bagi alam semesta.
Jika Tony Stark hidup setelah Avengers: Endgame, Doctor Strange percaya sosok Iron Man itu bakal lebih kuat karena kejeniusannya.
Tony Stark dikenal sebagai sosok yang selalu belajar dari kesalahan. Hal itu bisa dilihat dari sejumlah fitur-fitur keren yang ia sematkan di baju besinya.
Setelah Avengers: Endgame, Tony Stark mungkin bakal punya replika Pym partikel. Dengan ini, dia bisa pergi ke masa lalu atau masa depan dengan kostumnya, atau bahkan bisa mengakses semua timeline di alam semesta.
Dengan begitu, Tony Stark bakal jadi makhluk paling kuat di alam semesta. Sebagai pelindung Bumi, Doctor Strange tak ingin hal itu terjadi.
Untuk itu, Doctor Strange meminta Tony Stark berkorban menjentikkan jari saat berperang melawan Thanos.
Baca Juga: Beredar Rumor Tony Stark Versi Tom Cruise akan Muncul di Doctor Strange 2, Mungkinkah?
Avengers: Endgame dirilis pada 24 April 2019. Film ini meraup keuntungan sebesar 2,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp41 triliun.
