Kebanggaan Indonesia, 'Nana' Jadi Film Berbahasa Sunda Pertama yang Diputar di Berlin

- Jumat, 21 Januari 2022 | 19:49 WIB
Press conference FIlm 'Before, Now & Then (Nana)' di Jakarta Selatan, Jumat (21/1/2022). (INDOZONE/M Fadli).
Press conference FIlm 'Before, Now & Then (Nana)' di Jakarta Selatan, Jumat (21/1/2022). (INDOZONE/M Fadli).

Film 'Nana' atau yang dalam Inggrisnya berjudul 'Before, Now & Then' akan tampil di kompetisi Berinale atau Berlin International Film Festival 2022. Film garapan Kamila Andini dan Fourcolour Films tersebut menjadi film berbahasa Sunda pertama yang tampil di festival tersebut.

Tentunya hal ini menjadi kebanggaan buat Indonesia di tengah kisruh pelarangan pemakaian bahasa Sunda oleh seorang politisi beberapa waktu lalu. Hal itu juga disampaikan oleh Happy Salma, aktris keturunan Sunda yang bangga bahasa tempat kelahirannya dikenal di luar.

"Sebuah bahasa daerah bukan penghambat untuk kita berkomunikasi dengan siapaun makhluk dengan dunia ini. Jadi bayangkan nanti di Berlin filmnya Bahasa Sunda tapi subtitlenya pakai Bahasa Jerman," kata Happy Salma saat menggelar jumpa press di kawasan Antasari, Jakarta Selatan, Jumat (21/1/2022).

Dalam sejarah perfilman Indonesia, film ini menjadi film kedua Berbahasa Sunda setelah sebelumnya di tahun 1928 muncul film Indonesia pertama berjudul 'Loetoeng Kasaroeng'. Setelah masa itu, hanya film 'Before, Now & Then (NANA)' yang melanjutkan tradisi tersebut di tahun 2022.

Pembuatan film berbahasa Sunda seolah menjadi kebiasaan Kamila Andini dalam membuat film. Setelah sebelumnya 'Yuni' juga menggunakan bahasa Banten, kini film 'Nana' menggunakan bahasa daerah lainnya.

"Kalau untuk di naskah, secara deskripsi, semuanya berbahasa Indonesia. Tapi dalam dialognya Bahasa Sunda," kata sutradara Kamila Andini yang memiliki mimpi untuk membuat film dengan bahasa daerah lainnya di Indonesia.

-
Film Nana atau Before, Now, & Then'. (Instagram/Fourcolourfilm).

Film ini bercerita tentang seorang perempuan Indonesia yang hidup di daerah Jawab Barat di era 1960-an yang diangkat dari kisah nyata kehidupan Raden Nana Sunani. Kisah seorang perempuan bernama Nana (Happy Salma) yang melarikan diri dari gerombolan yang ingin menjadikannya istri dan membuatnya kehilangan ayah dan anak. 

Ia lalu menjalani hidupnya yang baru bersama seorang menak sunda hingga bersahabat dengan salah satu perempuan simpanan suaminya bernama Ino (Laura Basuki). 

Meski Happy Salma kelahiran Sunda dan mahir bahasanya, namun ia sedikit kagok karena Bahasa Sunda yang digunakan untuk film ini adalah sastra Sunda di era 50-an dan 60-an mengingat film itu berlatar waktu masa lalu. Sehingga ia perlu belajar lagi dengan ahli bahasa yang dipersiapkan FourColour Films.

"Pas saya baca, wah ternyata banyak kata yang tidak saya tahu. Saya mungkin tahu bahasa sunda di era 80-an saya, tapi ini beda karena bahasa Sunda lama," ucapnya.

Film ini mengambil lokasi syuting di Ciwidey, Jawa Barat yang menunjukkan keasrian wilayahnya. Hal ini juga dapat menjadi sarana untuk mempromosikan wilayah Jawa Barat yang indah ke kancah Internasional.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X