Die Middag adalah sebuah film debut yang sangat menarik dari Nafiss Nia, seorang sutradara yang berasal dari Iran dan sekarang menetap di Belanda. Film ini menawarkan pengalaman yang sangat minimalistik dan penuh dengan puisi serta simbolisme.
Die Middag mengisahkan tentang Roya, seorang pengungsi yang status permohonan suaka telah ditolak dan ia berusaha melarikan diri dari deportasi kembali ke Iran. Dia mencari bantuan dari Nassim, satu-satunya orang yang dia kenal dan memiliki alamatnya. Namun, ketika dia tiba di depan pintu Nassim, seorang pria yang mengaku sebagai saudara laki-laki Nassim menolak membukakan pintu baginya.
Terjebak di luar pintu tersebut, Roya memutuskan untuk menunggu di lorong apartemen tersebut hingga Nassim pulang. Dia tidak memiliki pilihan lain karena kembali ke jalanan berarti menghadapi risiko besar untuk ditangkap. Sementara pintu tetap terkunci, Roya berusaha mencari cara untuk berkomunikasi dengan pria tersebut.
Dalam perjalanan waktu yang terasa terbatas, Roya dan pria tersebut mulai berbicara tentang tanah kelahiran, kehidupan di Belanda, dan perjuangan belajar bahasa baru. Percakapan mereka terjalin dalam bahasa Belanda, Farsi, dan Inggris, mencerminkan keterbatasan bahasa sebagai penghalang komunikasi.
Review Die Middag
Karakter-karakter ini kadang-kadang mengucapkan kata-kata dengan gaya membacakan puisi. Tidak mengherankan, mengingat Nia sendiri juga seorang penyair, namun ia berhasil menggabungkannya dengan sangat tepat dalam akting yang sederhana. Dialog-dialog puitis memberikan sentuhan magis pada akting yang tajam.
Roya dan pria tersebut berbicara tentang pandangan hidup mereka yang ternyata sangat berbeda. Mereka seperti siang dan malam yang kontras. Roya, dengan semangat dan harapan, berusaha memahami budaya baru dan mengejar kebebasannya. Sementara itu, pria tersebut terjebak dalam situasi yang membatasi geraknya dan tidak menemukan jalan keluar.
Fokus cerita yang hanya pada satu lokasi menekankan betapa terkurungnya Roya dan pria tersebut. Roya tidak bisa masuk ke dalam apartemen, yang merupakan simbol bahwa ia tidak bisa memasuki Belanda. Pria tersebut tidak bisa keluar dari apartemennya, yang melambangkan bahwa ia tidak bisa menemukan jalan keluar dari situasinya.
Die Middag terasa seperti sebuah pertunjukan panggung. Yang membuat konsep yang sederhana namun sangat mengena ini lebih filmis adalah sudut pandang kamera yang berbeda, yang pada beberapa momen mengamatinya, bahkan mengintai karakter-karakter tersebut. Hal ini membuat situasi mereka semakin mencekam.
Sebuah observasi bahasa yang mengena menggambarkan inti dari Die Middag dengan sempurna. Roya memberitahu pria tersebut bahwa "desalniettemin" adalah kata Belanda favoritnya. Dengan senyum, ia menjelaskan bahwa itu adalah kata yang panjang dengan makna yang kecil. Di sisi lain, kata "kematian" adalah kata yang pendek dengan makna yang sangat besar. Itulah yang diungkapkan oleh film debut Nia ini. Film dengan durasi hanya 75 menit ini membahas tema-tema yang sangat besar.
Die Middag adalah sebuah film yang menarik dan menggugah. Nia berhasil menghadirkan kisah yang sederhana namun penuh dengan makna yang mendalam. Melalui karakter-karakter yang kuat dan dialog yang puitis, film ini mengajak penonton untuk merenungkan tema-tema seperti keterbatasan, harapan, dan persepsi budaya. Die Middag mengingatkan kita akan pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi yang kuat, serta menghadirkan perjuangan individu dalam menghadapi tantangan hidup.
Artikel Menarik Lainnya:
- Sinopsis 'A Hero', Film Iran Calon Terkuat Peraih Oscars 2022 yang Tayang 21 Januari 2022
- Sutradara Iran Peraih Oscar Asghar Farhadi Plagiat Ide Anak Muridnya untuk Film 'A Hero'
- Sosok Asghar Farhadi, Sutradara Iran yang Dua Kali Menang Oscars, Pernah Dilarang ke AS
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
