Transatlantic merupakan mini-seri yang mengangkat kisah bersejarah dengan fokus pada periode Perang Dunia II di Marseille. Seri ini terinspirasi oleh kisah nyata tentang Varian Fry, Mary Jayne Gold, dan Emergency Rescue Committee yang berani menyelamatkan lebih dari 2000 pengungsi dari Prancis yang diduduki oleh Nazi, termasuk para seniman yang menjadi buronan mereka.
Transatlantic menceritakan kolaborasi, konsekuensi, dan sejarah yang tidak terduga di antara kelompok ini. Dibuat oleh Daniel Hendler dan Anna Winger, Transatlantic berhasil menghadirkan cerita yang menarik dan mengungkapkan sisi sejarah yang jarang diketahui.
Seri ini mampu menghadirkan momen-momen yang menggelikan dan membuat senyum, namun tetap menjaga tegangan yang dihadapi oleh para karakternya. Namun, Transatlantic juga menyajikan momen-momen yang menyakitkan.
Seri ini tidak ragu-ragu dalam memperlihatkan rasa sakit, kesepian, dan keputusasaan yang terlibat dalam berimigrasi ke negara baru demi mencari keamanan, dengan adanya prasangka yang masih relevan hingga saat ini, terutama bagi para pengungsi.
Dalam seri ini, Transatlantic menyoroti dehumanisasi yang dirasakan oleh para pengungsi Yahudi, baik oleh Nazi fasis maupun oleh birokrat kapitalis demokratis yang lebih mengutamakan keuntungan dan penjualan mobil di Jerman daripada menyelamatkan orang dari genosida Holocaust.
Pilihan naratif ini memperlihatkan bahwa meskipun Nazi adalah pelaku utama dalam genosida tersebut, negara-negara Sekutu seperti Amerika Serikat dan Prancis juga ikut serta secara tidak langsung. Seri ini menunjukkan bahwa sementara ada orang Amerika yang membantu pengungsi Yahudi berimigrasi ke tempat yang aman, ada juga banyak orang Amerika yang menghalangi mereka dan memprioritaskan keuntungan daripada nyawa.
Transatlantic menghadirkan momen-momen yang kuat, termasuk adegan ketegangan, pertempuran, bahaya yang luar biasa, dan ketakutan yang mendalam. Seri ini berhasil menjadi lebih dari sekadar kisah periode Perang Dunia II yang sering kali hanya berfokus pada kelangsungan hidup orang Yahudi.
Meskipun ceritanya berakar dalam sejarah, Transatlantic mampu menangkap analogi sejarah tersebut, meskipun bukan sebagai fokus utama. Seri ini juga berhasil menyoroti tema identitas queer, gender, dan ras dengan berpikir kritis, menggambarkan betapa pentingnya persatuan dalam melawan penindasan. Dalam hal ini, Transatlantic menjadi terasa kontemporer, sejalan dengan pengalaman imigrasi yang terkait.
Transatlantic adalah karya yang sangat baik dengan akting yang luar biasa dan perancangan naratif serta visual yang mengesankan. Seri ini menawarkan kedalaman emosi dan semangat perjuangan yang luar biasa, menjadikannya salah satu karya terbaik dari Netflix.
Artikel Menarik Lainnya:
- Membedah Film "AKA": Tentang Moralitas Agen Rahasia dan Isu Prasangka yang Apa Adanya
- Review Film "Khanzab": Kisah Setan Pengganggu Salat yang Penuh Jumpscare
- Review ‘Guy Ritchie’s The Covenant’: Bukan Sekedar Film Perang, Tekankan Drama Kemanusiaan
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.