Kampung Lele, itulah sebutan dari Desa Tegalrejo, Kec. Sawit, Boyolali, Jawa Tengah. Berjarak sekitar 10 km dari pusat Kota Boyolali, kawasan ini terkenal sebagai salah satu desa penghasil ikan lele terbesar di Jawa Tengah.
Di kampung lele ini ada ratusan kepala keluarga yang menggeluti usaha peternakan lele. Setiap hari, kendaraan yang mengangkut lele dari para peternak hilir mudik. Selain langsung dijual ke pedagang dalam keadaan mentah, di sini ikan lele ternyata bisa dijadikan olahan khas seperti keripik kulit lele, keripik sirip lele, hingga abon lele.
Salah satu tempat pembuatan berbagai olahan lele adalah UMKM Karmina, yang dikelola oleh ibu-ibu PKK di desa tersebut. Saat produksi olahan lele, ibu-ibu yang tergabung dalam UMKM Karmina berbagi tugas. Ada yang menyiapkan lele lele segar, menguliti, membuat adonan bumbu, memberi tepung, hingga menggoreng.
UMKM Karmina adalah pioner dalam membuat olahan ikan lele. Kelezatannya sudah terkenal ke berbagai daerah di Indonesia terutama kota-kota besar. Bahkan di tahun 2007 Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono sempat berkunjung ke UMKM Karmina sekaligus meresmikan Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Boyolali sebagai Kampung Lele.
“UMKM kita berdiri tahun 2006 dan dibina dari Dinas Perikanan Boyolali. Kita diberi tahu cara membuat olahan lele. Yang ada di sini dihasilkan dari ibu-ibu. Ada beberapa varian rasa pedas, manis, dan gurih,” kata Ana Handayani kepada Tim IDZ Creators.
Per hari sekitar 80 ikan lele segar dioleh menjadi abon. Sementara untuk mengolah kripik dibutuhkan 70 ikan lele segar. Selain di Boyolali, sebagian besar produk olahan lele dijual ke wilayah Surakarta, Yogyakarta, dan Jakarta.
Harganya juga bervariasi untuk abon lele 1 ons dijual Rp13 ribu, sementara keripik lele Rp10 ribu per ons. Sebelum pandemi Covid-19, dalam sebulan bisa memproduksi 1 ton abon lele, namun saat pandemi seperti sekarang ini hanya 6 kuintal.
