Memiliki anak adalah dambaan hampir sebagian besar pasangan yang sudah berumah tangga. Berbagai cara akan dilakukan demi hadirnya anak di rumah. Mulai dari mengikuti berbagai macam program kehamilan hingga mengadopsi anak dari lembaga pengasuhan terpercaya.
Nah ketika baru pertama kali memiliki anak, pasangan suami istri umumnya akan disibukkan dengan berbagai pengetahuan baru seperti makanan apa yang paling baik untuk melengkapi kebutuhan gizi anak, berbagi peran berdua saat anak sudah hadir di tengah-tengah keluarga hingga memikirkan cara terbaik merawat dan mengasuh anak.
Ada beberapa pola asuh yang bisa diterapkan oleh para orangtua seperti pola asuh pendampingan, narsistik, permisif, hingga otoriter. Namun, umumnya para orang tua akan memadukan pola-pola asuh tersebut untuk melengkapi kekurangan yang ada dari setiap pola asuh.
Lalu apa itu pola asuh otoriter? Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang dikendalikan penuh oleh para orangtua tanpa adanya kompromi dengan sang anak. Pola asuh ini memiliki beberapa ciri, seperti orang tua memegang kendali penuh atas diri anaknya.
Mereka memilihkan sekolah terbaik, menentukan cita-cita sang anak, melarangnya jajan sembarangan, membatasi jam bergaul dengan teman sebaya dan lain sebagainya.
Kemudian, orang tua juga cenderung menuntut sang anak untuk menjadi seperti yang mereka inginkan sehingga anak tak bisa bebas berkreasi. Komunikasi yang terjadi pun hanya satu arah atau dapat diartikan hanya orangtua yang berhak atas segala tindakan.
Lalu ketika anak berbuat salah atau menolak perintah mereka, seperti tak mau belajar atau tak pulang ke rumah tepat waktu, orang tua akan memberikan hukuman yang cukup berat. Ini menyebabkan anak-anak merasa takut dan tak menutup kemungkinan mereka akan menaruh dendam pada orangtuanya sendiri dan meluapkannya di masa mendatang.
