Wow! Budidaya Selada Keriting, Petani Lereng Bromo Setiap Panen Cuannya Sampai 15 Juta

- Rabu, 25 Januari 2023 | 17:27 WIB
Yulianto, petani selada keriting. (Z Creators/Ahmad Sugeng)
Yulianto, petani selada keriting. (Z Creators/Ahmad Sugeng)

Masyarakat Suku Tengger di lereng Gunung Bromo mayoritas petani sayuran dan pelaku wisata. Lereng Gunung Bromo sendiri berada di ketinggian 1.500 mdpl sampai 2.000 mdpl dengan suhu udara rata-rata 10-20 derajat celcius.

Tanahnya subur sehingga sangat cocok untuk menanam sayur-mayur seperti, kubis, bawang, kentang, sawi dan lainnya. Salah satu petaninya adalah Yulianto. Ia menanam sayuran selada keriting atau Lactuca sativa. 

Sejak masuk musim penghujan, Yulianto bersama dengan anaknya, Sondy mulai membuat bibit selada keriting. Ia menanam dengan cara bertahap agar hasil panennya juga bisa bertahap, seperti satu atau dua hari sekali. 

“Pada awalnya menebar bibit selada keriting hanya sebanyak satu amplop saja dan itu sudah bisa menjadi sekitar kurang lebih 5.000 batang selada keriting,” ujar Yulianto. 

-
Yulianto, petani selada keriting di lereng Gunung Bromo (Z Creators/Ahmad Sugeng)

 

Dengan metode bertahap ini juga bisa mempermudah perawatannya. Selain itu, risiko rusak dan terbuangnya hasil panen juga sedikit. Pria asal Desa Wonokerto ini juga memakai pupuk organik agar pengeluarannya lebih murah.

Harga selada keriting dijual dengan Rp10 ribu per kilogramnya. Setiap panen, Yulianto bisa mendapatkan untung Rp10 juta sampai Rp15 juta setelah dipotong biaya operasional.

“Setiap dua hari sekali sudah ada tengkulak yang datang mengambil hasil panen selada keriting. Setiap kali panen sedikitnya ada 2 hingga 5 kwintal selada keriting segar,” imbuhnya. 

Peranan komoditas hortikultura ini berperan penting dalam pengembangan gizi masyarakat. Selada keriting merupakan tanaman sayuran yang memiliki kandungan gizi tinggi, warna, tekstur, serta yang banyak diminati. 

Selada keriting termasuk dalam tanaman semusim yang dapat dibudidayakan di daerah dingin dan lembab, baik di dataran tinggi maupun rendah.

Tanaman yang berasal dari Mediterania dan Siberia ini biasanya tumbuh dengan ketinggian 15 sampai 30 sentimeter dan memiliki penyebaran 15 hingga 30 cm.

-
Petani selada keriting di lereng Bromo. (Z Creators/Ahmad Sugeng)

Tanaman ini muncul dengan berbagai bentuk dan tekstur, dari kepala selada bokor (iceberg) yang padat sampai daun selada berlekuk, bergigi, berenda, atau berkerut. 

Enggak cuma itu, tanaman ini juga punya beraneka ragam jenisnya. Ada yang daunnya berwarna cerah, berwarna hijau, dan merah. Ada pula varietas memiliki daun kuning, keemasan, atau biru kehijauan.

Umumnya, selada dapat memakan waktu antara 35 sampai 65 hari, mulai dari penanaman hingga panen. Lamanya waktu panen juga tergantung pada jenis dan waktu. 

Halaman:

Editor: Yayan Supriyanto

Tags

Terkini

Ada dari Sumatra, Ini 3 Smart City di Indonesia

Minggu, 28 April 2024 | 11:35 WIB

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB
X