Masih ingat enggak dengan berita viral Keanu Agl yang mengenakan tanjak tapi dipadu dengan celana hot pants? Ya, secara adat hal itu tak patut. Dalam catatan sejarah, tanjak disebut senagai mahkota kain.
Dulunya, penutup kepala ini dipakai oleh kaum bangsawan, tokoh masyarakat, hingga rakyat jelata. Pada era Kesultanan Melayu, bentuk, motif, dan warna tanjak dulunya bisa membedakan derajat seseorang.
Untuk melestarikan penggunaan tanjak, PNS di Pekanbaru tiap hari Jumat wajib mengenakan pakaian melayu lengkap dengan tanjaknya. Hal tersebut membuat perajin tanjak kebanjiran pesanan.
Yusmaneli, pemilik Rumah Tanjak Melayu Riau adalah salah satu perajin yang mendapatkan berkah dari kebijakan tersebut. Di tokonya yang beralamat di Jalan Melati Indah, Delima, Panam, Pekanbaru, Yusmaneli setiap hari memproduksi tanjak.
"Kita buka di Pekanbaru lebih kurang sudah empat tahun, tapi awal berdirinya sudah sejak 2014 di Siak. Dari situ kami produksi tanjak, Alhamdulillah kami pasarkan juga ke Tembilahan dan Rengat," kata Yusmaneli kepada Riki Ariyanto, Tim IDZ Creators.
Selain ada beraga motif, harga tanjak di Rumah Tanjak Melayu Riau sendiri cukup terjangkau yaitu mulai dari Rp45 ribu hingga ratusan ribu.
"Kalau bahan dari songket Palembang mulai Rp45 ribu sampai Rp50 ribu. Kalau songket tenun yang khusus ada juga kita jual dengan harga Rp200 ribu sampai Rp250 ribu,” kata Yusmaneli.
Lebih lanjut Yusmaneli mengatakan jika stok tanjak di tokonya tidak boleh kosong. Hal itu mengingat terkadang selalu ada masyarakat membeli tanjak, hingga memborong.
"Tidak bisa stok menipis, harus buat terus tiap hari. Bahkan kita pernah dapat orderan pembuatan tanjak hingga 500. Kita bersyukur minat masyarakat untuk tanjak semakin meningkat," ucapnya.
Soal tanjak Yusmaneli memiliki kekhawatiran tersendiri. Baginya tanjak ini bukan hanya soal bisnis, melainkan warisan Melayu yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini.