Disadari atau tidak, setiap orang pasti memiliki inner voice (kata hati) di dalam diri masing-masing. Namun ada yang memilih untuk mendengarkan inner voice mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa menghiraukan pandangan orang lain terhadapnya, tetapi ada juga yang senantiasa mengabaikan inner voice miliknya karena takut dianggap berbeda oleh kebanyakan orang.
Menjadi berbeda karena mendengarkan inner voice tidaklah salah selama hal tersebut masih sesuai dengan norma yang ada. Seperti misalnya, ketika kamu serta teman-teman sekelasmu sedang menjalani ujian salah satu mata pelajaran, terdapat kesempatan untuk menyontek atau berbuat curang. Kamu mendapati teman-temanmu melakukan kecurangan tersebut.
Lantas apa yang akan kamu lakukan saat melihat hal tersebut? Apakah kamu akan tetap mengikuti inner voice-mu untuk mengerjakan ujianmu secara mandiri tanpa berpikiran untuk menyontek ataukah bergabung dengan teman-temanmu untuk menyontek sebab kamu takut dicap sombong karena tak mau melakukannya bersama mereka?
Mengikuti inner voice-mu adalah pilihan yang tepat. Sebab menyontek bukanlah tindakan terpuji untuk dilakukan. Menyontek sama saja dengan mengkhianati diri sendiri karena merasa tidak yakin atas kemampuan yang dimiliki. Padahal, dengan mengerjakan ujian secara mandiri, kamu akan terlatih untuk menghargai kerja kerasmu serta berbuat jujur apapun kondisinya.
Di sisi lain, ketika kamu dijauhi oleh teman-teman di kelasmu hanya kerena kamu enggan berbuat curang, maka itulah saat yang tepat untuk menyadari bahwa mereka bukanlah teman yang baik. Sebab kalau mereka baik padamu, mereka tak akan menjerumuskanmu untuk berbuat curang saat ujian, bukan?
Jadi, kamu tak perlu ragu untuk mengikuti inner voice-mu selama hal tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang ada dan tak masalah menjadi berbeda sebab kamu berhak untuk menentukan jalan hidupmu sendiri.
