Fenomena Demam Sepeda, Makin Mahal Harganya Semakin Diburu

- Minggu, 26 Juli 2020 | 11:10 WIB
Warga mengenakan masker dan face shield saat bersepeda di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (14/6/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)
Warga mengenakan masker dan face shield saat bersepeda di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (14/6/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)

Ada satu fenomena menarik di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini, yaitu fenomena demam sepeda. Fenomena demam sepeda tak hanya terjadi di Jakarta saja, melainkan juga di kota-kota lainnya, seperti Bandung, Yogyakarta, bahkan di Surabaya yang saat ini memiliki kasus Corona cukup tinggi di Indonesia. 

Perencana Keuangan Aidil Akbar mengatakan, sejatinya hobi bersepeda ini sudah lama terjadi di Indonesia, salah satunya adanya komunitas Bike To Work (B2W) Indonesia yang 15 tahun lalu mendeklarasikan penggunaan sepeda untuk kegiatan sehari-hari, termasuk berangkat dan pulang kerja. 

Namun demikian, akhir-akhir ini, di masa pandemi Covid-19, tren bersepeda kembali meledak. Bahkan untuk pesepeda pemula yang baru saja ingin bersepeda saat ini, tentu akan mendapat kendala dalam pembelian sepeda, sebab kata dia, produk yang dijual saat ini sangat langka. Bahkan, angka penjualan sepeda jauh melebihi penjualan mobil dan motor secara kuantitas. 

"Sejak sepeda lipat menjadi tren, sejak ada merk Brompton yang fenomenal, meski harganya yang termurah setara harga motor, dan yang paling mahal setara harga mobil, tapi di Indonesia ini unik, semakin mahal semakin diburu," ujar Aidil kepada Indozone, dalam perbincangan Minggu pagi, (26/7/2020). 

Menurut Aidil, ada perbedaan tren bersepeda saat ini dengan sebelumnya, yaitu sepeda menunjukkan gengsi dan status sosial.  

-
Ilustrasi bersepeda yang sedang digemari masyarakat di tengah pandemi. (INDOZONE/Syarifah Aulia)

"Ketika status sosial menjadi penting dan membeli mobil Ferari yang harganya miliaran menjadi biasa, membeli sepeda yang harganya Rp2 juta hingga Rp3 juta kemudian menjadi ratusan juta menjadi luar biasa," tuturnya. 

Menurut Aidil, fenomena sesungguhnya dari demam sepeda ini adalah sepeda yang sudah berubah menjadi sebuah status sosial. Bahkan ada yang memaksa membelinya dengan cara mencicil. 

"Apabila anda membeli sepeda sebagai alat transportasi ke tempat bekerja setiap hari, maka membeli sepeda dengan cara mencicil bisa dimaklumi. Tapi bila anda beli sepeda untuk gaya-gayaan dan hanya dipakai di car free day setiap akhir pekan, maka membeli sepeda secara mencicil akan sia-sia," ujarnya. 

Ia pun mengingatkan bahwa sepeda bukanlah kebutuhan primer, meskipun anda menggunakan sepeda setiap hari sebagai alat transportasi, tapi sepeda masih bisa digantikan dengan alat transportasi lain. 

"Jadi jangan sampai bela-belain beli sepeda ratusan juta rupiah, tapi ujung-ujungnya anda kehabisan harta," pungkasnya.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Terkini

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB
X