INDOZONE.ID - Beberapa waktu lalu, Sekolah Master yang berada di dekat terminal Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat ini sempat menjadi perbincangan karena revitalisasi terminal yang akan menggusur lahan sekolah tersebut.
Nurrohim, selaku Kepala Sekolah dan pemilik dari Sekolah Master menjelaskan, Sekolah Master dulunya dinamakan sebagai Masjid Terminal karena banyaknya anak-anak yang belajar di emperan masjid.

Mirisnya, dahulu lahan sekolah ini sering dipakai sebagai tempat prostitusi dan kafe biliar. Lalu, karena keprihatinannya kepada anak-anak yang putus sekolah bahkan tidak bersekolah di Depok yang cukup tinggi, Nurrohim pun berinisiatif membeli lahan tersebut untuk membangun sekolah di atas lahan seluas 1,2 hektare itu.
"Sekarang tersisa sekitar 9000 meter persegi akibat penggusuran ketika revitalisasi terminal Depok," ucap pria yang juga pengusaha ini.
Sekolah yang telah memasuki usia 22 tahun tersebut hanya berdinding kontainer dan tanpa bangku, sehingga para siswanya belajar lesehan alias duduk di lantai.
Sekolah yang membuka pembelajaran dari TK hingga SMA ini menampung lebih kurang 2.000 anak yang tidak mampu, mulai dari anak yang tidak mempunyai biaya untuk sekolah, anak terlantar, anak jalanan, dan anak penyandang disabilitas maupun berkebutuhan khusus dari keluarga tidak mampu.
"Ini sekolah alternatif bagi kaum marjinal. Ada yang orang tuanya korban PHK, anak putus sekolah, ada anak-anak dhuafa di sekitar terminal tapi banyak juga yang datang jauh dari Bekasi atau Bogor untuk belajar di sini," ungkap Nurrohim.
Selain membuka sekolah gratis di dekat terminal Depok, Nurrohim juga membuka 4 sekolah lainnya di Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) Gunung Sindur Bogor dan Pondok Rajeg Depok bagi anak-anak yang terjerat kasus hukum. Tenaga pengajar kebanyakan dari alumni Sekolah Master dan para relawan.
"Total kami punya 30 kelas, terbagi 3 shift. Pagi untuk TK sampai SMP, siang untuk SMA, dan malam SMP, serta SMA untuk kelas karyawan," ujar Nurrohim.

Berbeda dengan sekolah lain, para siswa di Sekolah Master tidak diharuskan untuk berpakaian seragam alias dibebaskan dalam berpakaian. Tapi, sekolah tersebut menerapkan kurikulum berbasis kompetensi yang menuntut siswa agar aktif mengembangkan keterampilan teknologi dan mengoptimalkan bakat mereka.
Sekolah ini juga memiliki laboratorium, balai latihan kerja, dan perpustakaan, yang mana, buku-bukunya didapat dari para donatur. Selain itu, Sekolah Master bekerja sama dengan BEM UI yang mengadakan bimbel atau bimbingan belajar untuk memasuki tes perguruan tinggi negeri (PTN).
Baca juga: Sekolah di Pinggiran Kampung Ini Banyak Mencetak Pejabat Negara, Apa Rahasianya?
Dukungan lain datang dari Universitas Gunadarma serta berbagai lembaga dan instansi yang membantu dalam belajar mengajar. Telah banyak lulusan sekolah ini yang diterima di PTN favorit seperti UI, UNJ, UIN, dan berbagai universitas negeri lainnya. Hebatnya lagi, sekolah ini telah memberangkatkan sekitar 200 anak lewat beasiswa untuk kuliah di luar negeri.
Artikel menarik lainnya:
- Di Gunung Bersalju Turki, Ternyata Ada yang Jualan Indomie: Seporsi Harganya Bikin Shock!
- The Clock Tower Tsim Sha Tsui, Bangunan Tertua di Hong Kong Kerap Diburu Turis Dunia
- Viral! Penampakan 'Sungai Aare Swiss' di Kebumen, Semburan Airnya Deras Banget
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
