Penting! Semua Orang Harus Punya Dana Cadangan Darurat

- Minggu, 26 April 2020 | 16:33 WIB
Ilustrasi dana keuangan saat darurat. (Pixabay/EmAji).
Ilustrasi dana keuangan saat darurat. (Pixabay/EmAji).

Masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif, seringkali melupakan bahwa roda perekonomian tidak akan selamanya berada di posisi atas. Ada kalanya, pada saat ada gangguan, seperti sebut saja masalah Covid-19, roda perekonomian yang selama ini baik-baik saja dan berada di atas, tiba-tiba saja kehilangan keseimbangan dan ambruk ke dasar yang paling rendah. 

Financial planner, Aidil Akbar mengatakan, dalam situasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti sekarang ini, sangat banyak perusahaan besar yang memiliki fundamental bisnis cukup kuat, justru tak lepas dari guncangan keterpurukan akibat situasi tak biasa seperti sekarang ini. 

Sebut saja perusahaan otomotif, atau bahkan usaha rumah makan besar sekelas KFC yang baru saja mem-PHK 450 karyawannya, sebagai imbas dari sepinya omset akibat pandemi wabah virus Corona

Bahkan, lanjut Aidil, sempat viral beberapa hari terakhir tentang seorang karyawan yang bergaji 80 juta rupiah perbulan, yang tiba-tiba saja harus mengalami PHK akibat bisnis perusahaannya terimbas Covid-19, dan bahkan orang tersebut tak berdaya karena sudah kepalang tanggung memiliki banyak cicilan didalam kesehariannya. 

"Itu sebabnya dalam rencana keuangan ada kebutuhan yang diharuskan kita mempunyai dana darurat. Jadi emergency plan itu dibutuhkan salah satunya jika kita tiba-tiba mengalami PHK," ujar Aidil Akbar kepada Indozone, saat dihubungi melalui sambungan telepon pada, Minggu (26/4/2020). 

Aidil mengatakan, kesalahan terbesar orang yang memiliki gaji tinggi adalah diikuti dengan gaya hidup yang hedon. Meski sebenarnya tidak perlu, namun orang yang memiliki gaji tinggi biasanya cenderung membeli sesuatu yang bukan didasarkan pada kebutuhan, melainkan hanya sebagai gaya hidup saja. 

"Sudah jelas orang ini hedon, uang dihabis-habiskan, beli mobil mewah, beli rumah mewah. Kesalahannya dia kan dia tidak punya emergency plan, satu-satunya jalan untuk survive adalah dia harus jual aset," tuturnya. 

Aidil pun menyarankan, dalam kondisi kepepet seperti itu, sebaiknya orang tersebut melepas aset yang paling liquid terlebih dahulu, contohnya perhiasan. Baru setelah itu, bisa menjual atau men-down grade mobilnya atau melepas aset lain yang nilainya lebih besar dan bisa menunjang kehidupannya untuk beberapa waktu kedepan, tentunya sambil orang tersebut mencari pekerjaan atau usaha yang baru. 

"Kalau punya tabungan ya digunakan tabungannya, kalau gak punya ya perhiasan dia jual dulu. Sebab orang-orang seperti itu biasanya punya koleksi perhiasan, jam tangan dan sebagainya, itu dijual dahulu, sambil berusaha untuk menjual mobilnya. Jadi dia harus menurunkan gaya hidup. Atau jika berkepanjangan, ya dia terpaksa harus menjual rumah, kemudian membeli rumah lagi yang harganya lebih rendah. Selisihnya itu bisa digunakan untuk menunjang hidup dalam waktu tertentu," jelasnya. 

Aidil menambahkan, kunci dari keberhasilan seseorang untuk survive dalam situasi seperti ini adalah adanya dana cadangan atau emergency plan, atau jika tidak punya, maka harus ada keinginan dari orang itu untuk men-down grade gaya hidupnya, dan menyesuaikan dengan kebutuhan. 

"Jadi berusaha dulu dengan cara menjual aset-aset yang mudah dijual, dan yang paling penting dia harus mengerti perencanaan keuangan," pungkasnya. 
 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X