Setiap orang (termasuk juga dirimu) pasti memiliki cara masing-masing untuk mengekspresikan emosinya ketika kondisi tertentu sedang terjadi.
Misalnya saja, ketika kamu sedang patah hati, kamu bisa saja menangis untuk meredakan emosimu. Atau ketika kamu memenangkan sebuah perlombaan dan mendapat hadiah, kamu akan melompat kegirangan sebagai tanda kamu sedang bahagia.
Akan tetapi, tidak semua orang mampu mencapai kematangan emosi dalam hidupnya. Kematangan emosi memiliki gambaran umum yang ditandai dengan kemampuan mengontrol dan mengolah emosi di waktu dan tempat yang tepat, dapat memahami kondisi diri dengan baik, serta sanggup berpikir sesuai realita yang ada.
Tidak melebih-lebihkan suatu keadaan untuk mendapatkan simpati ataupun empati orang lain juga bisa dikatakan sebagai kematangan emosi. Lantas, faktor apa yang sebenarnya dapat menjadi dasar seseorang untuk bisa mencapai kematangan emosi di dalam dirinya? Salah satu faktor penting tersebut adalah penyesuaian diri yang tepat.
Saat seseorang mampu menyesuaikan dirinya di dalam beragam kondisi yang menimpanya, seperti ketika ia sedang terpuruk, bangkrut, dikhianati, ditinggalkan orang terkasih hingga berhasil bangkit, maka lambat laun ia pun tak akan takut untuk menghadapi keadaan di masa depan.
Ia akan menjadikan hal tersebut sebagai pengalaman hidup yang berharga agar kelak dirinya tak terjatuh dua kali. Seseorang yang tak pernah lelah untuk berusaha menyeimbangkan diri dengan emosinya, akan menjadi orang yang memiliki kematangan emosi yang baik.
Sebab, ia tak akan mudah menyakiti dirinya sendiri maupun orang lain saat ia merasa tersakiti. Sebaliknya, ia akan merenungkan apa yang terjadi dan bertindak untuk menemukan solusinya. Ia pun akan berubah menjadi sosok yang bijaksana dan disukai oleh orang-orang di sekitarnya.
Maka dari itu, penting untuk memiliki kematangan emosi untuk menjalani kehidupan sehari-hari agar tak ada lagi orang-orang yang menyalahkan orang lain maupun keadaan, hanya karena hal tersebut ‘sedang tak berpihak’ pada mereka.
