Sebagai kota penyangga, Depok, Jawa Barat menyimpan sejarah masa kolonial yang terekam di kawasan Depok Lama. Beberapa tempat di Jalan Pemuda dan Jalan Kamboja menjadi saksi bisu kejayaan Belanda di kota ini.
Depok punya presiden serta pemerintahan sendiri. Sebagaimana layaknya pemerintahan yang dipimpin presiden, presiden Depok juga dibantu oleh para menteri.
Asal mula Depok hadir enggak luput dari peran Cornelis Chastelein. Sebagai pedagang ulung, pria kelahiran Belanda berdarah Prancis ini menjadi tuan tanah dan penguasa pertama di Depok. Enggak hanya Depok, tanah yang dikuasainya mencakup Pasar Minggu di Jakarta Selatan hingga Gambir di Jakarta Pusat.
Chastelein mendirikan Depok pada 1693. Depok yang masih hutan belantara dibabat habis dibantu para budaknya yang berasal dari berbagai daerah di Jawa, Sunda, Bugis, Bali, Flores hingga Ambon. Tanah seluas 1244 hektar dijadikan lahan pertanian dan perkebunan.
Setelah praktek perbudakan dihapus, para hamba sahayanya ini dimerdekakan, diberi marga dan diberi tanah warisan untuk dikelola sendiri. Tercatat ada 12 marga yang hingga sekarang turun temurun masih menempati kawasan Depok Lama. Mereka inilah penduduk pertama Depok yang sering disebut Belanda Depok.
Enggak hanya memerdekan budak, Chastelein juga giat menyebarkan agama Kristen dan memberikan pendidikan kepada budaknya.
Rekam jejak pengaruh Chastelein ini terlihat pada peninggalan Gereja Immanuel dan sekolah pertama di Depok yang bernama Europese Lagere School yang sekarang menjadi SDN 2 Pancoran Mas, di Jalan Pemuda. Tampak bangku sekolah di sini juga masih memakai bangku sekolah masa kolonial.
Di Jalan Kamboja kamu masih bisa menemukan permakaman Belanda (Kerkhoff) yang merupakan makam para pejabat tinggi Belanda, seperti keluarga Gubernur Hindia Belanda Van der Capellen, keluarga De Graaf pendiri Rumah Sakit PGI Cikini serta makam keturunan budak Chastelein.
Presiden pertama Depok, Gerrit Jonathans dipilih demokratis dan menjabat pada 1913 dengan pusat pemerintahan di bekas Rumah Sakit Harapan di Jalan Pemuda Depok. Dulunya bangunan ini bernama Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok.
Pemilihan presiden ini diterapkan oleh para budak yang telah merdeka agar tidak terjadi keributan atau perebutan harta warisan yang telah diberikan oleh Chastelein.
Konsep pemerintahan desa yang bercorak republik (Gemeente Bestuur) disusun pada 1871 oleh pengacara Batavia, baru aktif dijalankan pada 1913 dan berakhir pada 1952 bersamaan dengan diserahkannya akta tanah partikulir oleh presiden terakhir Depok, Johannes Matjis Jonathans kepada pemerintah Indonesia.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini.