Waspadai Gangguan Psikologis Akibat Gagal Mudik

- Rabu, 20 Mei 2020 | 20:15 WIB
Ilustrasi kumpul keluarga saat lebaran.(freepik)
Ilustrasi kumpul keluarga saat lebaran.(freepik)

Peningkatan wabah virus corona di Indonesia memberikan dampak yang begitu besar jelang hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah. Tradisi mudik yang biasanya dilakukan terpaksa harus ditiadakan demi memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Kesedihan dan kegelisahan pun dirasakan sebagian besar masyarakat Indonesia. Lalu apakah kegagalan mudik lebaran 2020 bisa memengaruhi kondisi psikologis seseorang?

Menurut Psikiater dr. Gina Anindyati, kegagalan mudik setiap tahunnya bisa saja terjadi. Ada berbagai macam penyebab yang menyebabkan mudik gagal. Namun khusus di lebaran tahun ini, kegagalan mudik disebabkan oleh faktor yang lebih sulit karena menekan kondisi kehidupan secara menyeluruh.

"Mudik menjadi suatu kesempatan bagi masyarakat untuk bertemu keluarga, situasi sulit ini tidak memungkinkan untuk mudik. Kondisi ini bisa memicu perasaan sedih, kecewa, tidak nyaman sampai penyesalan. Sebenarnya ini manusiawi," kata dr. Gina Anindyati, Sp, KJ, Rabu (20/5/2020).

-
Ilustrasi kumpul keluarga saat lebaran.(freepik)

Ia menambahkan bahwa salah satu upaya yang bisa dilakukan yakni beradaptasi dan berdamai dengan situasi. Sebagai makhluk yang adaptif, manusia mampu beradaptasi dengan baik dan cepat. Permasalahan yang biasanya muncul adalah rasa kesepian dalam diri seseorang.

"Artinya rasa kesepian akibat gagal mudik merupakan fenomena loneliness yang berisiko. Apabila kondisi ini terus terjadi dalam waktu yang berkepanjangan dan tidak diatasi maka akan menimbulkan masalah kejiwaan yang lebih berat, misalnya depresi," tambahnya.

Kondisi kesepian bisa semakin fatal bila faktor lainnya mendukung misalnya ketidaksiapan mental untuk menyelesaikan masalah, kondisi tubuh tidak fit, sampai situasi sosial. Apalagi di tengah virus corona.

Begitu juga dengan homesick yang berisiko menjadi stresor saat seseorang memiliki ekspektasi untuk bisa pulang dan merasakan suasana kampung halaman. Menurut Psikolog Klinis Alexandra Gabriella A., M.Psi, C.Ht, C.ESt, jika ekspektasi itu tidak terpenuhi maka rasa kecewa bisa berubah menjadi frustasi.

"Beban pandemi virus corona sudah membuat berat ditambah lagi rasa kecewa akibat tidak bisa pulang kampung sehingga mulai mengalami kesulitan tidur atau insomnia," ujarnya.


Artikel Menarik Lainnya:

 

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Ada dari Sumatra, Ini 3 Smart City di Indonesia

Minggu, 28 April 2024 | 11:35 WIB

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB
X