Sebelum dikenal sebagai sebuah kota, Jakarta hanyalah kumpulan kampung besar yang bertumbuh tanpa arah. Salah satu wujud definisi kampung besar tersebut tercermin dalam nama-nama daerah di Jakarta seperti Kampung Melayu, Kampung Ambon dan Kampung Bali. Lalu Belanda membangun Menteng sebagai komplek perumahan di Jakarta pada 1910-1918.
Memasuki 1920-an Belanda membangun kota satelit Kebayoran Baru untuk mengantisipasi pertumbuhan Jakarta dan Menteng yang semakin penuh. Saat itu Belanda mencanangkan Kebayoran Baru menjadi blok hunian bernamakan alfabet dari A hingga S. Namun saat ini yang tertinggal hanya Blok A, M dan S saja.
Saat itu pembangunan Kebayoran Baru dikomandoi oleh Centrale Stichting Wederopbouw (CSW). Ir. H. Mohammad Soesilo yang saat itu bekerja di CSW ditunjuk sebagai arsitek pembangunan Kebayoran Baru karena keahlian dia sebagai perencana kota.
Soesilo sendiri merupakan murid dari Thomas Karsten arsitek asal Belanda yang membangun Semarang serta Bandung. Selain itu Soesilo adalah kakek dari pentolan Twilight Orchestra, Addie MS.
"Pak Soesilo adalah arsitek yang membangun kawasan ini. Makanya di Blok M ini ada halte CSW yang namanya diambil dari nama kantor Pak Soesilo. Jejak kantornya sudah tidak bisa kita lihat lagi," ujar penelusur sejarah dari Komunitas Ngopi Jakarta, Reyhan Biadillah.
Masuk ke era modern, Jakarta mulai berbenah diri dan menjadi kota metropolitan. Hal tersebut diwujudkan eks Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin dengan menata kawasan Blok M di tahun 1977.
Pembenahan ini pun ditandai Bang Ali dengan sebuah prasasti yang menunjukkan jejak kaki purnawirawan Angkatan Laut Tersebut. Kala Bang Ali menjabat, Blok M adalah wilayah yang paling cepat pertumbuhannya karena menjadi titik temu warga dari Jakarta dan luar Jakarta. Blok M titik temu warga asal Pesanggrahan hingga Parung yang ingin bekerja ke Jakarta.
Makanya di sekitar Blok M banyak fasilitas yang dibangun pemerintah Jakarta untuk mengakomodir kebutuhan warganya seperti, Masjid Agung Al Azhar, SMA 70, SMA 6 dan Gereja Katolik Santo Yohanes, Gereja Efata, Terminal Blok M hingga Blok M Plaza. Di tahun 90-an kawasan ini pun menjadi pusat pergaulan anak muda Jakarta.
"Sebagai pusat gaul Jakarta saat itu, sampai ada lagu Jalan-Jalan Sore yang dinyanyikan Denny Malik untuk menggambarkan keseruan Blok M," lanjut Reyhan.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.