Hal unik dan menggelitik datang dari cerita salah satu pemuda di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Singgih Pratama, salah satu santri Pondok Pesantren Nurul Furqon, memilih usaha belatung sebagai jalan mencari rezeki.
Berawal dari nasehat ustaznya yang mengatakan, “enggak ada sesuatu yang terbuang sia-sia”. Singgih mulai memberanikan diri untuk mengembang biakkan maggot atau belatung.
Belatung yang berasal dari Lalat Tentara Hitam itu bersumber dari sampah-sampah segar bahan makanan di pondok pesantrennya yang terbuang. Seperti sayur, buah, dan bahan makanan lainnya.
Perkembangbiakan maggot terbilang cukup cepat. Dalam 45 hari, Maggot sudah bisa dipanen.
"Dari telur, belatung, sampai jadi lalat sekitar 45 hari. Nah, maggot ini bisa dijadikan pakan ternak atau unggas. Seperti ayam, bebek, atau ikan lele," jelas Singgih.
Kini, usaha belatung milik Singgih sudah berkembang. Ia punya kandang maggot sendiri, dan mampu memasarkan maggot sebanyak 7 hingga 15 kilogram per minggunya.
"Kalau di pasaran, satu kilonya itu Rp15 ribu. Jadi tiap minggu bisa dapat Rp100 ribu hingga Rp225 ribu," ungkapnya.
Selain dipasarkan, usaha maggot yang dikelola Singgih juga disebar untuk pakan ternak milik teman-temannya yang belajar di Ponpes (Pondok Pesantren) yang sama.
Ia pun mengaku bangga. Karena di pondok pesantren, dirinya tak hanya belajar agama saja, namun juga bisa berwirausaha sehingga menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
