Kakek Muhadi (70) akhirnya bisa berkumpul dengan keluarganya di Desa Ngadisuko, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Jauh sebelum itu, 30 tahun lalu dia menahan tangis karena rindu dengan keluarganya.
Raut wajah bahagia tergambar saat Muhadi bertemu istrinya, Surti beserta empat anaknya. Dia tak berhenti mengucap syukur, karena doa yang dipanjatkan setiap hari dikabulkan.
Kisah ini berawal saat Muhadi meninggalkan istri dan anaknya pada 1992. Kala itu, ia mencari pekerjaan di Negeri Jiran, Malaysia melalui agen pencari kerja. Namun ternyata, Muhadi yang saat itu berusia 40 tahun malah terdampar di Aceh.
Muhadi lalu mencari pekerjaan di daerah Pulau Sumatera. Segala macam jenis pekerjaan dilakoni. Dari buruh kelapa sawit hingga serabutan. Muhadi pun sempat mengirimkan uang kepada keluarganya yang kala itu masih di Kabupaten Tulungagung. Hingga pada 2004 lalu tsunami menyapu Aceh.
Muhadi selamat dan memberi kabar keluarganya hingga dia terdampar di Labuan Batu, Sumatera Utara. Kondisi ekonomi yang kian sulit membuat Muhadi putus hubungan dengan keluarga.
Dia hanya bisa meratapi nasib dan menangis di tempatnya tinggalnya. Muhadi bukan tak ingin pulang kampung ke Jawa Timur. Tetapi selalu ada kendala untuk pulang. Muhadi mengaku sempat dua kali membeli tiket pulang. Tetapi, tidak bisa pulang karena uang dibawa kabur pimpinannya.
"Dua kali gagal dibohongi asistennya (bos). Uangnya dibawa kabur," kata Muhadi.
Mimpinya Muhadi terwujud usai keberadaannya di Labuhanbatu diunggah oleh salah seorang karyawan perusahaan kelapa sawit, Syahbudin ke media sosial. Dari situ kisah hidup Muhadi viral hingga pihak kepolisian turun tangan. Polres Labuhanbatu dan Polres Trenggalek memfasilitasi kepulangan Muhadi ke Trenggalek.
"Alhamdulillah bisa pulang. Diantar dan difasilitasi oleh polisi. Senang sekali rasanya," pungkasnya.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini.