Toleransi, Umat Katolik di Magelang Gelar Misa Imlek di Gereja, Khotbah Bahasa Tionghoa

- Minggu, 6 Februari 2022 | 09:53 WIB
Umat Katolik Geteja Santo Antonius Padua Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menggelar misa perayaan Imlek 2573. (Dokumen Gereja Santo Antonius Padua)
Umat Katolik Geteja Santo Antonius Padua Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menggelar misa perayaan Imlek 2573. (Dokumen Gereja Santo Antonius Padua)

Umat Katolik Gereja Santo Antonius Padua Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menggelar misa perayaan Imlek 2573 untuk menunjukkan toleransi dan keterbukaan gereja.

Panitia misa Imlek Gereja Katolik Santo Antonius Padua, Ardi Pramono mengatakan tema perayaan misa adalah Zhong Yong atau hidup di tengah sempurna.

"Maksud dari tema ini adalah mengajak seluruh warga Indonesia, tidak cuma keturunan Tionghoa di Indonesia, untuk belajar berdiri di tengah. Dalam artian, harus belajar memahami budaya dan agama lain, perspektif lain, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk mewujudkan masyarakat yang saling memahami satu sama lain. Tidak dapat dipungkiri, toleransi sangat penting dewasa ini," katanya, dalam keterangan pers di Magelang, Minggu (6/2/2022).

Dalam perayaan misa Imlek ini, panitia terdiri atas berbagai kalangan, tidak hanya warga Tionghoa saja.

Menurut Ardi hal ini dimaksudkan agar terjadi regenerasi dari generasi senior ke generasi yang lebih muda. Harapannya, misa Imlek ini bisa terus berjalan dari tahun ke tahun.

Dalam kegiatan misa Imlek ini juga dilakukan makan bersama dan pertunjukan barongsai.

Umat yang bisa menghadiri misa adalah yang memiliki tiket masuk. Tiket sudah dibagikan beberapa hari sebelumnya lewat ketua lingkungan dan penerimanya harus bisa menjamin dalam keadaan sehat.

Ardi berharap dengan adanya protokol kesehatan yang ketat, perayaan Imlek bisa berlangsung meriah tanpa ada kekhawatiran penularan COVID-19.

"Kami usahakan yang terbaik, masyarakat dan umat berhak untuk merasakan kebahagiaan yang membangkitkan optimisme di tengah pandemi yang tak kunjung selesai," katanya.

Dalam misa Imlek ini, bukan hanya pakaian serbamerah dan ornamen oriental menghiasi lingkungan gereja, khotbah yang diberikan oleh Romo Paroki Paulus Agung Wijayanto dilakukan dengan menggunakan bahasa Tionghoa yang kemudian diterjemahkan dengan bahasa Indonesia.

Romo Agung menyampaikan kegiatan ini adalah cara bersyukur melalui perayaan Imlek, dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada. Bersyukur kepada Tuhan atas limpahan tradisi dan kebudayaan Tionghoa.

"Kami bersyukur bahwa alam menyertai kita melalui kebudayaan- kebudayaan yang ada dan melalui kebudayaan itu kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dan kepada sesama," katanya. 

Misa Imlek sebelumnya juga pernah digelar di Gereja Katedral Kupang pada tahun 2019. Misa syukur itu dipimpin empat romo yakni Romo Amros Ladjar, Romo Geradus Duka, Romo Maxi Un dan Romo Hironimus Nitsae.

Mundur ke belakang, di Bengkulu, umat Katolik keturunan Tionghoa menggelar misa imlek di Gereja Santo Thomas, pada tahun 2012 silam.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB
X