Reynhard Sinaga, pria berusia 36 tahun asal Indonesia disebut sebagai predator seks terbesar dalam sejarah Inggris. Dari sekitar 190 aduan laporan ke polisi, sebanyak 48 korban kejahatan seksualnya adalah pria.
Reynhard ditahan oleh kepolisian setempat karena salah satu korbannya berhasil melawan dan melaporkannya ke pihak berwajib. Terlepas dari kasus Reynhard, banyak pria korban pelecehan seksual yang merasa malu dan takut untuk melaporkannya.
Seksolog Zoya Amirin mengatakan, kasus pemerkosaan pada pria relatif lebih pelik dibandingkan pemerkosaan pada perempuan.
"Karena ada masalah isu maskulinitas di sini, di mana fragile masculinity atau maskulinitas yang ringkih membuat pria merasa risih ketika harus mengakui bahwa dia diperkosa, gengsi, merasa enggak jantan, dan merasa dikhianati oleh tubuhnya," jelas Zoya Amirin saat dihubungi Indozone, Selasa (7/1/2020).
Masalah maskulinitas ini tidak disadari oleh pria yang tidak mau melaporkan pemerkosaan yang terjadi padanya. Mereka bisa merasa dikhianati oleh tubuhnya.
Rasa rendah diri pun muncul. Lama-kelamaan, mereka mampu berpikir untuk bunuh diri. Potensi bunuh diri pria korban pelecehan seksual pun relatif lebih tinggi dibandingkan korban perempuan.
"(Potensi bunuh diri korban pria) relatif lebih tinggi tapi tidak signifikan. Misalnya pada perempuan 4 dari 10 kejadian, pada pria 5 dari 10 kejadian. Kan bedanya tipis tapi memang lebih tinggi," kata psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.
Cara pandang masyarakat menyikapi kasus pemerkosaan yang korbannya pria pun bisa jadi salah satu faktor mereka enggan melapor ke polisi. Ketakutan akan rasa penghakiman dari masyarakat membuat mereka diam.
"Yang selama ini saya tangani kebanyakan mereka tidak mau melapor karena mereka malu, karena dihina-hina. Jangankan diperkosa oleh pria, diperkosa oleh perempuan itu lebih memalukan lagi buat pria," pungkas Zoya.
