Di gurun barat Irak, terdapat sebuah desa bernama Al-Sahl. Desa tersebut ditinggali oleh 200 kepala keluarga. Karena lokasinya yang sebagian besar terputus dari dunia luar, penduduk desa bahkan menyebut kalau desa mereka tak terjamah oleh virus Corona.
Dikutip dari IB Times, Rabu (27/10), satu-satunya tetangga di desa ini adalah pangkalan militer terbesar di negara itu yang bernama Ain al-Asad. Pangkalan tersebut menampung pasukan AS dan sering menjadi sasaran tembakan roket.
Kedekatan desa tersebut dengan pangkalan militer membuat para penduduk menjadi was-was saat terjadi serangan.
"Suatu kali, sebuah tembakan membunuh dua domba saya. Mereka sedang merumput dekat dengan latihan tembakan langsung di pangkalan," kata salah seorang penggembala bernama Mehdi.
Namun, jauhnya desa itu dari peradaban membuat perawatan kesehatannya menjadi kurang. Salah satu tetua di Al-Sahl, Abu Majid mengatakan pernah ada seorang warga yang sakit dan meninggal saat perjalanan ke rumah sakit di bulan Agustus.
"Virus corona belum sampai ke desa kami. Tidak ada yang divaksinasi," katanya.
"Desa kami berusia lebih dari seratus tahun dan masih belum ada listrik, tidak ada pusat kesehatan," sambungnya.
Desa Al-Sahl sendiri berada di perbukitan berbatu dan dikelilingi oleh bukit palem, lebih tepatnya terletak sekitar 250 kilometer barat laut ibu kota Baghdad.
Satu-satunya fasilitas yang ada di desa itu adalah sekolah dasar. Untuk berkomunikasi saja, masyarakat di desa itu menggunakan ponsel jadul dengan jaringan yang juga belum 3G.
Di desa itu, rumah-rumah dibangun tanpa jendela dengan pintu besi berbaris di gang-gang sepi. Bahkan, penduduk setempat mengatakan kalau mereka tak menyaring air yang akan diminum.
Seorang pejabat di kota terdekat pernah berjanji akan menghubungkan listrik ke desa Al-Sahl, juga membangun pemurnian air. Namun hingga kini janji itu tak pernah terealisasikan.
