Cerita Pilu 3 Anak Indonesia Penderita HIV, Sampai Dikeluarkan Sekolah

- Sabtu, 30 November 2019 | 15:51 WIB
ilustrasi/Minimed.at
ilustrasi/Minimed.at

Tak ada orang yang mau terinfeksi penyakit berbahaya seperti HIV. Orang-orang akan berusaha semaksimal mungkin menjaga kesehatannya agar tak terjangkit virus satu ini. Namun, bagaimana bila jadinya penyakit ini sudah ada sejak anak-anak? Seperti halnya tiga bocah dari Indonesia ini yang menceritakan pengalaman pahitnya terkena HIV.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, tahun 2018 ada sekitar 2.881 orang di bawah usia 19 tahun yang terinfeksi HIV. Angka ini naik dari tahun 2010 yang hanya sekitar 1.622 orang. Penderita HIV (ADHIV) tersebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti Jawa, Sumatera dan Bali.

Sebagian orang menganggap bahwa virus ini menular ke orang lain hanya melalui hubungan seksual tanpa pengaman, atau jarum suntik yang dipakai bersama. Padahal virus ini juga bisa menginfeksi lewat berbagai cairan tubuh seperti, sperma, cairan vagina, darah termasuk juga air susu ibu.

-
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Itu artinya, anak yang terjangkit HIV bisa ditularkan dari ibunya selama proses kehamilan atau sedang menyusui. Virus ini bisa menular jika sang ibu tak mengonsumsi antiretroviral.

Melihat jumlah ADHIV yang meningkat, Adiyana Esti selaku dokter memberikan edukasi tentang HIV ke berbagai lokasi. Dari proses turun ke lapangan itu, Esti mendengar banyak pengalaman dari ADHIV. Ia kemudian menceritakan sedikit pengalaman anak Indonesia yang terjangkit HIV. Semua nama anak dalam cerita Esti bukan nama sebenarnya.

Srikandi

-
ilustrasi/ANTARA FOTO/Dewi Fajriani)

Anak bernama Srikandi ini ditemukan di pinggir sungai saat masih kecil dengan keadaan tubuh digigit serangga. Dinyatakan positif HIV membuat Srikandi tak diterima di sejumlah panti asuhan karena ditakutkan penyakitnya menular. Ia akhirnya dirawat oleh seorang pria. Kini, Srikandi tumbuh menjadi anak remaja berusia 13 tahun dengan perawakan tegap dan suka bela diri.

Dari hobinya ini, Srikandi telah memenangkan beberapa kejuaraan. Suatu hari, Srikandi dicurigai positif HIV karena tinggal di penampungan ADHIV. Sejak saat itu, Srikandi tak dibolehkan lagi ikut bela diri karena ditakutkan penyakitnya menular.

Mendapat perlakuan seperti ini, Srikandi bingung. Ia bertanya-tanya, bukankah sekolah dan bela diri adalah haknya. Lalu kenapa sekarang ia dijauhi.

Kini, Srikandi hanya menunggu kapan bisa kembali ke sekolah dan ikut bela diri. Ia ingin hidup tanpa stigma dan diskriminasi.

Rumi

-
ilustrasi/ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Remaja yang kini berusia 11 tahun itu baru mengetahui bahwa dirinya positif HIV sejak umur 9 tahun. Virus ini didapatnya dari sang ibu yang juga positif HIV. Untungnya, adik Rumi tak ikut mengalami nasib yang sama. Saat mengandung adik Rumi, ibunya sudah mendapatkan perawatan antiretroviral.

Remaja yatim piatu yang diasuh oleh neneknya ini kerap bertanya, kenapa ia harus minum obat padahal badannya sehat. Namun, nenek dan dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa itu obat untuk tumbuh sehat.

Sayangnya, cita-cita Rumi yang begitu mulia untuk jadi seorang guru harus pupus di tengah jalan. Ia dikeluarkan dari sekolah, tempat Rumi menimba ilmu. Tak sampai di situ, orang tua teman-temannya juga melarang Rumi untuk bermain dengan anaknya. Hal ini membuatnya jadi anak yang lebih pendiam.

Tegar

-
ilustrasi/ANTARA FOTO/R. Rekotomo

Bocah laki-laki ini pernah sakit-sakitan saat usianya 5 tahun. Saat itu berat badan Tegar hanya 6 kg. Orang tua Tegar sudah meninggal saat usianya satu tahun karena HIV. Malangnya, hampir tak ada orang yang mau menguburkan jasad ayah dan ibu Tegar karena takut tertular. Sejak saat itu, ia diasuh oleh neneknya.

Ketiga kakak Tegar yang tak terinfeksi HIV tega meninggalkan Tegar karena terus diejek dan dijauhi oleh masyarakat. Keadaan Tegar mulai membaik sejak dirawat oleh seorang dokter.

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X