Miris! Guru Honorer Bergelar S2 yang Mengajar di Pedalaman Ternyata 8 Bulan Tak Digaji

- Jumat, 17 Juni 2022 | 10:06 WIB
Silva, guru honorer bergelar S2 tak digaji. (Asri Mursyid/IDZ Creators)
Silva, guru honorer bergelar S2 tak digaji. (Asri Mursyid/IDZ Creators)

Silva Paranggai (38), seorang guru honorer yang mengajar di pedalaman Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan ternyata sudah tidak digaji selama 8 bulan. Silva yang berlatar belakang magister pendidikan itu menjadi guru Tenaga Kontrak Daerah (TKD) sejak tahun 2018. 

-
Silva, guru honorer bergelar S2 tak digaji. (Asri Mursyid/IDZ Creators)

Sejak menjadi guru TKD, ia hanya digaji Rp600 ribu per bulan. Alih-alih bertambah, gajinya justru tak dibayar mulai November 2021 hingga sekarang. Padahal, oleh Pemkab Toraja Utara, ia dijanji kenaikan gaji Rp1 juta per bulan. 

"Sampai sekarang belum ada SK sebagai guru TKD. Mungkin karena itu, saya tidak digaji selama kurang lebih 8 bulan," keluh Silva kepada Asri Mursyid, Tim IDZ Creators pada Kamis (16/6/2022). 

Bukannya patah semangat, Silva justru mencari cara lain untuk bertahan hidup.  Ia terpaksa membuka usaha kecil-kecilan untuk menghidupi keluarganya. 

"Saya jualan sembako seperti gula, garam, dan jualan kue-kue untuk kebutuhan sehari-hari. Kebetulan sudah terima BLT dari Pak Jokowi Rp300 ribu per bulan, itu yang saya jadikan modal jualan," katanya. 

-
Rumah Silva, guru honorer bergelar S2 tak digaji. (Asri Mursyid/IDZ Creators)

Silva mengajar di SDN 4 Awan, Desa Batu Lotong, Kecamatan Rante Karua. Sebuah sekolah pembantu yang berada di pedalaman. Jaraknya 70 km dari ibu kota Toraja Utara. Dia sudah mengajar di sekolah itu sejak tahun 2013 atau 9 tahun lalu. 

Silva mengatakan, Desa Batu Lotong dahulu merupakan daerah transmigrasi. Kebanyakan warga di desa itu berasal dari Jawa. Di sana, ia juga hanya menumpang di rumah peninggalan warga transmigrasi bersama satu anaknya. 

"Saya di sini cuma numpang di rumah peninggalan warga transmigrasi. Rumah yang saya tempati juga sebenarnya sudah tidak layak huni. Dindingnya yang terbuat dari papan sudah rapuh dimakan rayap. Sudah mau roboh," keluhnya lagi. 

-
Sekolah tempat Silva mengajar. (Asri Mursyid/IDZ Creators)

Silva menyebut, warga di desa Batu Lotong sudah lama sulit mengakses pendidikan yang layak karena jaraknya yang jauh. Keadaan ini membuatnya memutuskan mengabdi menjadi tenaga pengajar di SDN 4 Awan.

"Saya dulu mengajar di SDN 1 Awan sekitar setahun lebih. Kemudian diusulkan Kepala Sekolah untuk pindah ke SDN 4 Awan karena baru dibuka. Artinya mulai sejak dibuka sekolah di sini, saya sudah mengajar," ujarnya. 

SDN 4 Awan awalnya tidak memiliki gedung kelas sejak sekolah itu dibuka. Karena itu, pihak sekolah meminjam gereja sebagai tempat proses belajar mengajar. 

"Dulu masih banyak tenaga pengajar di sini, mungkin lebih 10 orang. Tapi satu per satu mundur karena tidak digaji. Saya juga waktu pertama kali mengajar di sini tidak digaji tiga bulan karena saat itu belum memiliki SK transmigrasi," ucap dia. 

-
Sekolah tempat Silva mengajar. (Asri Mursyid/IDZ Creators)

Silva membeberkan, sejak SDN 4 Awan dibuka pihak transmigrasi yang menggaji guru Rp300 ribu per bulan. Namun itu, hanya berlangsung selama 5 tahun. Meski 8 bulan tak digaji, Silva tetap semangat mengajar. Dia ingin melihat anak-anak desa memiliki pendidikan yang layak. Terlebih, kata dia, banyak warga di Desa Lotong tidak berpendidikan. 

"Saya berharap, siswa punya pendidikan layak dibanding orang tuanya. Saya bertahan mengabdi di sini biar ada perubahan. Karena pengalaman saya di sini pelosok, sudah kelas 6 SD tidak tahu membaca. Jadi saya sangat terbebani, bagaimana caranya anak-anak sudah bisa membaca saat masih kelas 1 SD," pungkasnya.

Halaman:

Editor: Yayan Supriyanto

Tags

Terkini

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB

5 Contoh Hak Siswa di Sekolah yang Kamu Harus Tau!

Kamis, 11 April 2024 | 09:10 WIB
X