Kece! Gak Malu Dicap Kuno, Pasutri Muda Ini Kompak Bikin Beragam Jenis Wayang

- Kamis, 6 Oktober 2022 | 17:51 WIB
Pasutri yang melestarikan budaya (Z Creators/Rizqi Taufikul)
Pasutri yang melestarikan budaya (Z Creators/Rizqi Taufikul)

Wayang merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah diakui UNESCO sejak 2003. Tetapi sayang, dengan berkembangnya zaman, kesenian tradisional ini mulai ditinggalkan, apalagi oleh generasi muda yang lebih menyukai budaya masa kini.

Namun ternyata masih ada generasi muda yang peduli dengan kelestarian wayang. Seperti pasangan suami istri asal Desa Sangkanayu, Kecamatan Mprebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah ini.

-
Sukardi suka wayang sejak kecil (Z Creators/Rizqi Taufikul)

Adalah Sukardi (33) dan Purnamasari Putri (24). Kecintaan terhadap wayang mereka  salurkan dengan cara membuatnya, baik untuk pementasan, koleksi, maupun untuk souvenir.

Sudah lima tahun pasutri ini menggeluti pembuatan dan perbaikan wayang. Sukardi menambahkan, kesukaannya pada wayang dimulai sejak kecil saat banyak pementasan wayang di daerahnya.

"Dulu ya hobi saja, kalau fokusnya buat penghasilan juga ya mulai 2017. Kalau iseng-iseng sejak sekolah, SD sudah mulai buat wayang." Ungkap Sukardi.

-
Sukardi membuat wayang dari kulit dan kardus bekas (Z Creators/Rizqi Taufikul)

Yang menarik cerita dari sang istri, Purnamasari, ternyata baru menyukai wayang setelah menikah dengan Sukardi. Padahal Purnamasari enggak mengerti bahasa Jawa karena berasal dari Padang, Sumatera Barat.

"Pertamanya kan penasaran, dulu kan pernah diajak nonton wayang. Terus dikenalin sama wayang, setelah penasaran terus timbul rasa seneng." Ungkap Purnamasari. 

Kini Sukardi dan Purnamasari sehari-sehari kompak membuat wayang di rumahnya yang dijadikan workshopnya. Biasanya sang Istri membantu untuk tahap pengecatan saja. Tahap awal pembuatan hingga berbentuk wayang setengah jadi dilakukan oleh Sukardi.

-
Purnamasari membantu suami membuat wayang (Z Creators/Rizqi Taufikul)

Wayang yang dibuat pasutri ini berbahan dasar kulit sapi, kertas, hingga kardus bekas. Untuk kardus bekas ternyata ada tujuan mulia dari Sukardi, yaitu agar wayang tetap eksis ditengah gempuran budaya modern yang berkembang.

Menurut Sukardi, enggak sedikit anak sekolah yang berminat membeli wayangnya, tapi enggak mungkin beli yang kulit, makanya disiasati dengan kardus bekas. Terpenting baginya, siapa saja yang menginginkan wayang harus difasilitasi dan bisa kesampaian.

"Kan kadang ada anak kepengin punya wayang mampunya uang seadanya. Pengin punya wayang kulit enggak mungkin, maka saya inisiatif buat pakai kertas bekas." Terangnya.

Walaupun berawal dari kecintaan dan kepedulian akan eksisnya seni wayang, kini apa yang dijalani Sukardi bersama istrinya juga jadi ladang penghasilannya. Bahkan mereka rela meninggalkan pekerjaan lain agar fokus membuat wayang.

-
Wayang menjadi ladang rezeki pasutri ini (Z Creators/Rizqi Taufikul)

Untuk harga wayang sendiri tergantung dari bahan yang digunakan, bentuk, hingga kerumitan. Wayang berbahan kulit biasanya dibanderol Rp500 ribu sampai Rp3 juta. Sementara wayang kertas dibanderol mulai dari Rp50 ribu sampai Rp300 ribu per buah.

Artikel menarik lainnya:

Halaman:

Editor: Z Creators

Tags

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X