Bukan Kalangan Bangsawan tapi Makam Ini Ramai Saat Bulan Selo, Makam Siapa?

- Kamis, 23 Juni 2022 | 17:23 WIB
Penjaga makam menunjukkan petilasan di makam (Ronaa Nisaus Sholikhah/IDZ Creators)
Penjaga makam menunjukkan petilasan di makam (Ronaa Nisaus Sholikhah/IDZ Creators)

Nyi Latung sudah akrab di telinga warga Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur, karena berkaitan dengan legenda Naga Baruklinting yang menyelamatkannya dari air bah. Padahal, Nyi Latung adalah masyarakat biasa dan dari kaum jelata.

Masyarakat sekitar mempercayai makam Nyi Latung berada di tengah pasar Bale Batur Ngebel, tepat di bawah pohon besar dan tua. Makam itu sudah enggak ada lagi nisannya lantaran sudah lapuk. Namun, masih banyak peziarah yang mendatanginya.

‘’Yang berziarah itu banyak dari luar kota, misalnya Jakarta, Surabaya, Sumatra untuk meminta wilujeng (keselamatan),’’ kata Darno, juru kunci makam Bale Batur Ngebel, Ponorogo Senin (20/6/2022).

Darno enggak mengetahui kapan makam Nyi Latung itu ditemukan. Dulu, masyarakat menemukan sebuah rumah beserta makamnya. Di samping makam tersebut ada petilasan yang berupa batu besar. Namanya Bale Batur. Bale diartikan dengan papan, sedangkan batur artinya teman.

-
Komplek makam Nyi Latung yang nampak 'biasa' saja (Ronaa Nisaus Sholikhah/IDZ Creators)

Mulai 1932, pemerintah beserta masyarakat sekitar membangun makam Nyi Latung. Sebab, dulu berada di tengah hutan. Selain itu, bale batur itu konon masih asli bangunannya dan hanya direnovasi.

‘’Kita pelihara makamnya karena Nyi Latung itu orang yang babad Ponorogo, khususnya di Ngebel,’’ ungkapnya.

Selain memelihara makam, masyarakat juga rutin mengadakan selametan atau kenduri yang dipimpin oleh Darno setiap Jumat Legi. Dulunya dinamakan dengan istilah Nyadran dan sekarang diganti dengan selametan.

-
Penjaga makam sedang membuka komplek makam (Ronaa Nisaus Sholikhah/IDZ Creators)

Apalagi di bulan Selo seperti ini saatnya masyarakat Ngebel untuk berterimakasih pada Nyi Latung dengan mengadakan sedekah bumi saat bersih desa pada tanggal 14 atau 15 pada penanggalan Jawa.

‘’Ini bentuk kami berterima kasih ke orang yang babad Desa ini. Bulan Suro nanti ada larungan di Telaga,’’ ujarnya.

-
Pintu masuk Bale Batur (Ronaa Nisaus Sholikhah/IDZ Creators)

Sementara itu, Gondo Puspito, budayawan Ponorogo menerangkan bahwa Nyi Latung adalah masyarakat biasa. Dia kurang berani bersosialisasi dengan masyarakat karena keterbatasan ekonomi. Maka, saat ada pesta atau hajatan desa dia tidak hadir.

‘’Memang kebijakan masyarakat Jawa kalau tidak punya itu harus lebih sabar dan rendah diri,’’ terangnya.

Pada masa itu strata sosial lebih mencolok dan anak kecil jelmaan naga baruklinting itu malah mendapatkan makanan dari Nyi Latung. Maka, dia berpesan jika ada suara air bah dan teriakan warga segera naik lesung dan membawa centong nasi untuk dayungnya.

Cerita itu diabadikan menjadi monumen Naga Baruklinting di sudut Telaga Ngebel dan Dusun Nglingi. Gondo mengatakan masyarakat Ngebel lebih akrab dengan sebutan telaga Nglingi lantaran dulu kisah legenda itu ada di sana.

‘’Nglingi itu artinya eling-eling atau peringatan atas kejadian yang menimpa warga Ngebel,’’ pungkasnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

5 Contoh Hak Siswa di Sekolah yang Kamu Harus Tau!

Kamis, 11 April 2024 | 09:10 WIB
X