Bulan Suci Ramadhan 1444 H yang jatuh pada Rabu, (23/03/2023) disambut dengan penuh suka cita. Namun tahun ini ada yang berbeda, sebab awal Ramadhan bertepatan dengan Perayaan Nyepi Tahun Baru Caka 1945.
Sehingga umat muslim di lereng Bromo menyambut datangnya bulan suci dengan menggelar tradisi apeman di tengah perayaan Nyepi.
Tradisi menyambut Ramadhan itu dilaksanakan di Masjid Al Hidayah Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Prosesinya diawali dengan bacaan ayat ayat suci Al Qur'an serta salawatan. Tetapi karena kali ini bertepatan dengan Perayaan Nyepi Umat Hindu, maka masjid dan musholla tidak menggunakan toa ataupun pengeras suara lainnya.
Wujud Rasa Syukur
Dalam tradisi apeman sambut datangnya bulan suci Ramadhan yang dilaksanakan di Masjid Al-Hidayah, jama'ah muslimat (Ibu-ibu) membawa apem atau serabi dan makanan lainnya yang dikemas dalam kotak makanan. Satu orang biasanya membawa sampai lima kotak makanan.
Baca juga: Indahnya Toleransi! Wanita Berhijab Ini Sigap Perbaiki Hiasan Natal Tetangga yang Jatuh
Setelah semua berkumpul di dalam masjid maka tokoh agama atau ustadz memimpin doa bersama, yang bertujuan sebagai rasa syukur kita masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT bertemu dengan Bulan Paling Istimewa, bersyukur diberikan rizki serta kesehatan.
Setelah doa bersama selesai, semua jama'ah kemudian makan bersama, tetapi ada pula yang makanannya telah ditukar dibawa pulang dan dimakan bersama keluarga di rumah.
“Untuk pelaksanaan ritual keagamaan tetap berjalan seperti biasanya, namun tidak menggunakan pengeras suara karena, karena bertepatan juga dengan saudara kita umat Hindu Merayakan Nyepi."
"Sehingga kami sama sama saling menjaga toleransi antar umat beragama, yang muslim beribadah di Masjid, yang Hindu di tempat ibadah masing-masing,” ungkap Ustadz Muhibbin, seorang Tokoh Agama Desa Wonokerto kepada Tim Z Creator.
Prinsip Toleransi
Sementara itu, di kawasan Bromo pelaksanaan ritual Hari Raya Nyepi dan ritual sambut datangnya Bulan Suci Ramadhan selalu melibatkan banyak pihak. Tak hanya TNI-POLRI, Satpol PP, LINMAS, JOGOBOYO (Pecalang Kalau di Bali) juga ikut serta.
Baca juga: Indahnya Toleransi di Bali, Ada Pohon Natal Go Green dari Ratusan Tanaman Hias
Di sinilah momen toleransi antar umat beragama yang kuat ditonjolkan. Umat muslim di Desa Wonokerto yang diapit oleh umat Hindu justru hidup harmonis tanpa ada gesekan sedikitpun, prinsip masyarakat Tengger Rukun Guyup Agawe Santoso (Rukun, Bersatu, membuat hidup sentosa).
Bahkan keharmonisan itu terjalin tak hanya saat momen Ramadhan kali ini, sebab sudah ada kesepakatan selama pelaksanaan salat Idul Fitri yang nantinya akan dikawal JOGOBOYO dan LINMAS yang beragama Hindu.