Kabar duka Rabu, (12/9) sontak mengagetkan seluruh masyarakat Indonesia. Presiden ke-3 Indonesia BJ Habibie menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Sosok Habibie, seorang teknokrat yang wafat pada usia 83 tahun itu dikenal dengan pencapaiannya dalam membuat pesawat terbang. Namun tak hanya itu, ternyata Habibie juga dikenal dengan semangat serta perhatiannya terhadap kelestarian kain Nusantara yakni lurik.
Lurik adalah salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki negara Indonesia. Kain lurik tradisional ini, berkembang di Pulau Jawa khususnya Jepara, Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Kain tradisional ini diperkirakan ada sejak jaman kerajaan Mataram yang dibuktikan dengan adanya prasasti yang mengenakan kain lurik. Lurik memiliki motif bergaris-garis kecil. Secara tradisional lurik menjadi pakaian khas warga jawa.
Menariknya, lurik terkenal dengan nama Lurik Habibie. Karena, pada saat peresmian RS Khusus Ginjal RA Habibie, mantan presiden ke-3 itu memakai kemeja dengan kain lurik.
Pada saat itu, Habibie memberikan sambutannya dan menyelipkan sebuah cerita di balik kemeja luriknya. Dalam ceritanya beliau mengungkapkan sempat kesulitan mencari lurik.
"Perajin tenun lurik saat ini sudah banyak yang pensiun karena usia lanjut dan tidak ada regenerasi," kata Habibie kala itu.
Pak Habibie yang waktu itu ke Jogja ingin sekali membeli lurik, ternyata sudah tidak ada yang menjualnya. Akan tetapi, beliau ngotot ingin membeli lurik. Karena, Habibie ingin menjadi trendsetter untuk lurik.
Menurutnya, lurik harus seperti batik, yang kini populer di masyarakat. Harapannya, menghidupkan kembali budaya yang sudah ada dan masyarakat Indonesia lebih bisa menghargai produk lokal.
"Saya pakai lurik ini dari Yogya. Saya jadi dress man. Sudah cukup ke mana-mana pake batik, sekarang pakai lurik dong,” katanya.
Upaya BJ Habibie untuk mengangkat lurik agar bisa sejajar dengan batik dan kain nusantara lainya, merupakan peninggalan yang patut diapresiasi, dan didukung oleh bangsa ini.