Siapa sangka, anyaman rumput liar jenis mendong yang biasanya diolah menjadi tikar bisa berubah menjadi cuan puluhan juta setiap bulan di tangan Ehtiari Purweni warga Desa Plancungan, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo.
Wanita 32 tahun, yang akrab dipanggil Tia ini mengubah anyaman rumput mendong menjadi beraneka kerajinan berbentuk tas. Mulai dari tas tangan atau jinjing, tas lipat, dompet, hingga ransel dan tas custom pun bisa ia buat.
Usaha tas dari bahan mendong ini sudah ia geluti selama dua tahun terakhir bersama sang suami dan justru moncer saat pandemi Covid-19 lalu.
“Nenek suami memang dulunya pengrajin tikar mendong, kemudian saya berpikir, kenapa enggak memanfaatkan tikar mendong biar punya nilai lebih, lalu coba membuat tas dari bahan dasar tikar mendong ini,” kata Tia.
Tia juga ingin mengangkat nilai mendong yang biasanya hanya dianggap rumput liar, bisa diubah menjadi sebuah kerajinan tangan bernilai jual tinggi. Sebagaimana juga tikar mendong yang juga saat ini jarang dilirik orang, justru bisa menjadi pundi-pundi rupiah di tangannya.
Cara pembuatan tas mendong
Untuk membuat tas mendong, menurut Tia dimulai dari pengukuran dimensi tas. Kemudian ia memotong tikar sesuai ukuran tersebut. Usai dipotong, tikar mendong kemudian ditempel pada kulit sintetis menggunakan lem latex agar anyaman mendong enggak mudah lepas.
“Yang ditempel kulit sintetis berada di bagian dalam, kulit sintetis juga dimaksudkan untuk membentuk struktur tas,” ujar Tia.
Setelah penempelan selesai, mendong dan kulit sintetis kemudian dipress menggunakan mesin atau secara manuak. Setelah lengket sempurna, potongan mendong pun siap dijahit dan dibentuk menjadi tas sesuai pesanan.
Meski hanya dari rumput mendong, Tia menjamin tas buatannya kuat hingga tahunan dan bisa dipastikan tahan air. Bahkan untuk menjamin kekuatan tasnya, ia selalu memilih tikar yang berkualitas dan enggak ada sambungan pada anyaman mendongnya.
“Saat ini saya memesan khusus anyaman mendong yang enggak ada sambungannya, khusus untuk tas,” ujar Tia.
Kendala membuat tas mendong
Meski terbilang lancar, ternyata Tia masih mengalami kendala dalam menjalani bisnisnya.
Tia sempat kesulitan dalam mencari bahan anyaman tikar mendong. Selain perajinnya sudah sangat jarang, rumput mendong sendiri sudah jarang ditemukan di alam liar.
“Sekarang sudah punya supplier tetap, jadi bahan baku aman, karena pesanan saya rutin,” ungkap Tia.
Enggak nyangka, berkat ketekunannya, guru geografi ini mampu meraup omzet hingga Rp25 juta setiap bulannya. Bahkan saking banyaknya pesanan, tas mendong buatannya juga tembus sampai pasar luar negeri, seperti Hong Kong dan Taiwan.