Bisnis kuliner di Jepang mengalami pertumbuhan pesat beberapa tahun terakhir. Terlebih ketika Jepang harus melalui masa-masa sulit di tengah pandemi.
Restoran yang tidak boleh dibuka saat pandemi tetap bertahan dengan layanan pesan antar makanan. Warga Jepang cepat beradaptasi dengan layanan pesan antar ternyata permintaannya terus meningkat. Lowongan deliverman atau pengantar makanan pun membludak di Jepang.
Warga Tiongkok yang tinggal di Jepang pun melihat kesempatan itu. Momen tersebut dimanfaatkan demi menyambung hidup.
"Saya bekerja untuk perusahaan pengiriman khusus makanan dan semua karyawan adalah orang Tiongkok," ujar Song Wei Qiang, salah satu Deliveryman, seperti dikutip Global Times, Jumat (29/5/2020).
Dalam sekali mengantar makanan, biayanya 300 Yen atau sekira Rp41 ribu. Jumlah uang yang diterima biasanya berdasarkan jarak dan bisa lebih dari itu jika ada yang memberi tips.
"Saya bekerja enam jam dalam sehari dan bisa mendapat 200.000 Yen atau sekira Rp27,4 juta dalam satu bulan. Sebagian besar pelanggan adalah orang Tiongkok dan warga setempat," katanya.
Menjadi seorang deliveryman di tengah pandemi juga tidak sembarangan. Berbagai protokol kesehatan harus diterapkan mulai dari pengemasan makanan, sanitasi, hingga surat keterangan bahwa deliveryman sehat agar bisa diizinkan untuk mengantar makanan ke berbagai daerah.
Permintaan layanan pesan antar makanan di Jepang yang kian meningkat itu turut mengundang komentar netizen. Bahkan ada yang mengatakan bahwa gajinya pun kalah dengan pengantar makanan.
"Saya kerja delapan jam sehari, bahkan sering lembur. Pendapatan saya juga biasanya setengah dari pendapatan deliveryman ini," pungkas salah seorang netizen.