Kehadiran anak dalam sebuah keluarga merupakan amanah dan anugerah yang telah dititipkan Tuhan. Anak juga menjadi tunas sekaligus generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, penting bagi anak mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik maupun mental.
Setiap keluarga perlu memberikan upaya perlindungan pada anak dari eksploitasi maupun kekerasan. Bila berkaca pada potret keluarga di Indonesia masih terbilang kurang kondusif, di mana orangtua acuh terhadap masa depan anak Indonesia.
"Ada sekitar 20 persen kasus pelanggaran hak anak pada tahun 2019 berada di lingkungan keluarga maupun pengasuhan alternatif. Sebagian diasuh dalam keluarga bahagia sementara lainnya ditempatkan di panti asuhan, diadopsi, diasuh kerabat, hilang ditelantarkan, hingga menjadi anak trafficking, jalanan atau lapas," kata Susanto, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), saat diskusi online bersama Kak Seto, Rabu (17/6/2020).
Meski diasuh oleh keluarga, tidak semua anak mendapat pengasuhan terbaik. Banyak anak yang ditempatkan pada keluarga lain dengan cara dan prosedur yang tidak sesuai.
"Kegagalan keluarga dalam pengasuhan disertai dengan kegagalan negara memberdayakan keluarga dalam pengasuhan anak. Hal ini juga berisiko mengalami penelantaran kekerasan, eksploitasi dan bentuk kejahatan pada anak lainnya," tambahnya.
Sistem pengasuhan yang baik memastikan kelekatan, kesejahteraan diri, keselamatan anak, permanensi dan status hukum. Adanya undang-undang perlindungan anak mengubah pola pengasuhan terhadap anak-anak.
Di dalam undang-undang perlindungan anak dan undang-undang kesejahteraan tidak mengatur perihal pengasuhan secara komprehensif. Oleh sebab itu, jelang new normal perlu adanya undang-undang yang khusus mengatur tentang pengasuhan anak.
