Kisah Mbah Ranto dan Wartini, Pasangan Pengantin Tertua yang Ikut Nikah Massal karena CLBK

- Selasa, 13 September 2022 | 16:47 WIB
Nikah massal di Klaten (Z Creators/Edelweis Ratushima)
Nikah massal di Klaten (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Mbah Ranto Wardoyo atau biasa dipanggil Ranto, kakek berusia 84 tahun yang sudah punya 14 anak, 35 cucu dan 15 cicit, ikut menikah secara massal di Masjid Raya Klaten, Senin (12/9/2022).

Mbah Ranto yang merupakan warga Tegalrejo, Desa Sedayu Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menikah dengan Wartini (57) warga Kranggan, Sedayu, Tulung.

-
Mbah Ranto (kiri) menanti prosesi ijab kabul (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Mbah Ranto mengaku enggak punya persiapan khusus untuk acara pernikahannya, sebab wanita yang ia nikahi, Wartini, adalah wanita pertama yang pernah hidup serumah dengan Ranto, namun saat itu mereka enggak menikah secara resmi, meskipun dikaruniai keturunan anak. Kemudian Ranto menikah dengan wanita lain, namun sang istri sudah meninggal dunia.

Selanjutnya Ranto hidup serumah lagi dengan Wartini yang juga telah menjanda, selama sekitar tujuh tahun terakhir. Mereka pun akhirnya menikah secara resmi dalam program Baznas Mantu.

“Rasanya ya senang, hati sudah plong, saya enggak mengeluarkan biaya apa-apa, malah dikasih uang saku. Ya syukur Alhamdulillah, kini sudah sah,” kata Ranto seusai ijab qobul.

Dari pernikahan dua kali tersebut, Mbah Ranto mengaku sudah mempunyai 14 anak, 35 cucu dan 15 cicit.

-
Calon mempelai wanita menanti proses ijab kabul (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Kalau Mbah Ranto adalah pasangan tertua, lain lagi yang dialami pasangan paling muda asal Juwiring, yaitu Betty (19) dan Angga Saputra (26). Meski baru berusia 19 tahun, Betty mengaku sudah mempunyai anak usia 11 bulan.

“Kemarin ada yang nawarin (nikah massal), ya kami ikut saja,” kata Betty.

Tapi enggak semua pasangan ini sudah tinggal serumah. Yang benar-benar baru menikah juga ada, karena ditawari saat akan menikah ke KUA.

“Bagaimana kalau ikut nikah massal saja? Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami berdua mau. Selain menghemat biaya, juga seru nikah bareng-bareng,” ungkap Andika yang berasal dari Yogyakarta, sedang istrinya asli Jatinom, Klaten.

Para peserta nikah massal ini masing-masing menerima seperangkat alat salat senilai Rp300 ribu dan uang tunai untuk satu pasangan senilai Rp500 ribu.

Calon pasutri sudah sibuk sejak subuh

Pernikahan massal ini diselenggarakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Klaten, dan diikuti 12 pasangan pengantin.

Semua fasilitas acara sampai biaya pernikahan calon pasutri ditanggung Baznas Klaten alias gratis.

Menurut Wahyudi Martono, Sekertaris Baznas Klaten, semula pernikahan akan dilakukan pada akhir September. Namun karena banyak permintaan sebaiknya dilakukan pada Senin Legi, 12 September, akhirnya pelaksanaannya dimajukan.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X