Perasaan jatuh cinta membuat kita merasakan kebahagiaan yang amat mendalam. Namun sekalinya patah hati, itu terasa begitu menyakitkan bahkan hingga terasa sampai ke fisik.
Enggak cuma sekadar perasaan, ternyata rasa sakit hati yang muncul ketika abis putus cinta memiliki alasan sainsnya, lho.
Dilansir Live Science, ketika seseorang mengalami patah hati, maka terjadi peningkatan hormon stres kortisol, adrenalin, dan noradrenaline.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Patah Hati karena Putus Cinta, Dijamin Move On!
Enggak hanya itu, patah hati juga memicu penurunan hormon bahagia, serotonin, dan oksitosin dalam tubuh.
Tentu ada alasan fisiologis mengapa patah hati bisa menjadi pengalaman yang menyakitkan. Menurut Dr. Deborah Lee, penulis medis untuk Dr Fox Online Pharmacy di Inggris, bahkan patah hati enggak hanya memengaruhi pikiran, tapi juga fisik.
"Saat kamu jatuh cinta, ada pencurahan hormon secara alami," kata dia.
Baca Juga: Mengenal Kardiomiopati Takotsubo, Penyakit yang Berawal dari Sindrom Patah Hati
Ini termasuk hormon oksitosin 'berpelukan' dan hormon dopamin 'merasa nyaman'. Tetapi ketika putus cinta, kadar oksitosin dan dopamin turun, sementara pada saat yang sama terjadi peningkatan kadar salah satu hormon yang bertanggung jawab atas stres, kortisol.
"Kortisol yang meningkat ini dapat berkontribusi pada kondisi seperti tekanan darah tinggi, penambahan berat badan, jerawat, dan peningkatan kecemasan," jelas Lee.
Putus dengan pasangan juga mengaktifkan area otak yang berhubungan dengan rasa sakit fisik, catat sebuah studi tahun 2011 di jurnal Biological Sciences.