Seseorang yang mengalami luka batin biasanya tak menunjukkan apa yang ia rasakan pada semua orang secara terang-terangan. Umumnya, ia hanya memendam luka tersebut dan berharap luka itu bisa menghilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, jika ada kejadian yang mengingatkannya kembali pada luka batin tersebut, ia bisa berubah menjadi sosok yang berbeda.
Ia akan menjadi lebih pendiam, tak ingin didekati hingga terkadang mengeluarkan amarahnya begitu saja tanpa disadari. Kalau itu semua sudah terjadi, ini berarti luka batin yang selama ini dipendam tak pernah hilang ataupun berkurang. Dirinya hanya berusaha meredam tanpa pernah menemukan cara untuk menghilangkan luka batin tersebut.
Untuk mengatasi itu semua, ada baiknya jika ia segera mencari tahu mengapa penyebab ‘rasa sakit’ itu masih bersarang dalam dirinya. Luka batin tersebut bisa saja berasal dari kebenciannya pada seseorang yang pernah menyakitinya di masa lalu. Mungkin juga ia pernah berjanji pada dirinya sendiri agar tak pernah memaafkan orang yang menyakitinya itu.
Lambat laun, rasa benci yang menumpuk tersebut akan berubah menjadi kenangan buruk yang terus tertanam dalam dirinya. Ia perlu memahami awal proses kebencian itu terbentuk lalu mencoba untuk memaafkan masa lalunya. Tak mudah memang, hanya saja memaafkan orang lain bisa membantu memberikan ketenangan jiwa dan mengurangi rasa sakit pada batinmu.
Kalau hal tersebut sangat sulit dilakukan, datanglah kepada ahlinya untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Berkonsultasi dan bicaralah jujur apa adanya agar sang ahli bisa membantu. Usahakan untuk tak menutup-nutupi atau berbicara tak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.
Berdiam diri tanpa pernah menutup luka batin tersebut hanya akan berujung pahit. Sebab langkah besar di masa depan yang seharusnya bisa diraih justru terhalang oleh permasalahan yang tak kunjung usai ini. Jadi, segera temukan jalan keluarnya, ya.