Waspada Fenomena Monkey Business, Bukan Untung Malah Buntung

- Senin, 22 Februari 2021 | 20:28 WIB
Ilustrasi Monkey Business (photo/istock/lisegagne)
Ilustrasi Monkey Business (photo/istock/lisegagne)

Maraknya tren musiman yang muncul secara tiba-tiba seperti kepopuleran janda bolong, gelombang cinta, batu akik, ikan louhan dan arisan bodong mengindikasikan fenomena monkey business.

Monkey business sekilas merupakan strategi bisnis yang memanfaatkan kepercayaan untuk mengambil keuntungan dari kerugian para korbannya.

Tren musiman biasanya sudah diatur oleh pelaku monkey business. Mereka akan menciptakan suatu tren yang digemari banyak orang hingga mereka bisa melepaskan persediaan barang mereka di pasaran dengan harga selangit.

Mereka yang mudah percaya dan diperdaya dengan tren musiman tersebut tak sungkan mengeluarkan uang untuk mendapatkan keuntungan di kemudian hari, padahal kenyataannya nilai barang tersebut semakin menurun.

Apa itu Monkey Business?

-
photo/istock/lisegagne

Monkey business bukan berarti bisnis hewan, melainkan bisnis yang mirip dengan perangai monyet, ketika sudah mendapatkan makanan atau keuntungan, kemudian akan lari atau kabur.

Monkey business erat kaitannya dengan strategi licik yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari kerugian yang dialami orang lain.

Hal ini membuat praktik monkey business tergolong kotor dan seharusnya tidak boleh dilakukan oleh pelaku bisnis atau seorang pengusaha.

Kisah Monkey Business

-
photo/istock/RichVintage

Contoh analogi mengenai monkey business yang banyak beredar di masyarakat, mengisahkan seorang saudagar kaya raya di sebuah desa yang mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp50.000 per ekor.

Desa tersebut kebetulan memiliki banyak monyet berkeliaran yang kerap memangsa tanaman para warga. Penduduk desa pun menangkapi monyet tersebut agar bisa dijual.

Setelah populasi monyet menurun, saudagar kaya tadi kembali menyatakan bersedia membeli monyet dengan harga Rp100.000 per ekornya.

Tentu saja warga desa antusias dan langsung memburu monyet-monyet yang tersisa. Hingga akhirnya, monyet di desa tersebut benar-benar punah.

Saudagar kaya itu pun makin berani membeli monyet dengan harga mahal, senilai Rp500.000 per ekor. Namun tidak ada warga yang berhasil menemukan monyet di desa mereka lagi.

Saat saudagar kaya tersebut pergi ke kota, asistennya menawarkan monyet yang sudah dikumpulkan tersebut dengan harga Rp350.000 kepada warga desa dengan iming-iming agar bisa menjual lagi dengan harga Rp500.000.

Warga pun beramai-ramai memborong monyet tersebut. Sayangnya, beberapa hari kemudian sang asisten dan saudagar kaya menghilang begitu saja.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

20 Puisi Galau tentang Cinta yang Bikin Baper

Minggu, 12 Mei 2024 | 19:40 WIB
X