Meskipun hanya memiliki sekitar 250.000 neuron dibandingkan manusia yang memiliki 86 miliar dalam sistem saraf pusat, namun kawanan semut dinilai masih lebih kompak untuk melakukan kerjasama.
Semut ahli dalam menghindari kemacetan lalu lintas – keterampilan yang pastinya harus kita manfaatkan untuk ditiru. Di samping itu, semut merupakan individu yang tahu kapan harus membantu membuat upaya tim mereka lebih berhasil.
Para peneliti pun mempelajari tingkah laku semu dengan membuat dokumentasi semut api (Solenopsis invicta). Semut jenis ini terkenal karena sengatannya yang tidak menyenangkan tetapi berpotensi bermanfaat.
Di samping itu semut juga menggunakan keterampilannya untuk membuka jalan mereka di atas permukaan yang lengket, membentuk jembatan menuju makanan seperti sosis yang lezat.
"Contoh lain yang luar biasa dari penggunaan alat pada semut: semut api 'membuka' permukaan lengket. Saya telah melihat tanda-tanda perilaku ini, tetapi saya tidak mengira itu akan menjadi begitu kuat sampai teman saya memberi tahu saya tentang hal itu," tulis Horace Zeng di Twitternya.
Another remarkable example of tool use in ants: fire ants “paving” sticky surfaces. I’ve seen signs of this behavior, but I didn’t expect it to be so robust until my friend told me about it (Wang et al., 2021 Insect Science). pic.twitter.com/BaHBmlgtXM
— Horace Zeng (@horacezhl) March 14, 2022
Sepeti yang dikutip sciencealert, spesies semut ini terkenal karena membuat jembatan yang terdiri dari tubuh mereka sendiri; mereka juga dapat mengubah diri menjadi rakit apung untuk bertahan dari banjir.
Mereka bisa membentuk rakit terapung yang aneh dengan menempel satu sama lain menggunakan bantalan kaki yang lengket, ujung cakar, dan mulut (dengan gigitan halus yang hati-hati).
Setiap individu semut membuat rata-rata 14 koneksi dengan semut tetangga, menjaga diri mereka tetap mengapung pada permukaan gelembung yang terbentuk dengan bantuan kerangka luar yang menolak air.
Semut juga menggunakan alat untuk membawa makanan yang sulit dipindahkan seperti cairan.
Mereka menempatkan puing-puing seperti partikel kotoran dan daun ke dalam cairan dan kemudian membawa alat perendam kembali ke sarangnya.
Yang lain telah melakukan ini lebih jauh dengan menggunakan tumpukan puing-puing dan jalan setapak sebagai tabung siphon untuk mengurangi risiko tenggelam.