Menggali Filosofi dan Manfaat di Balik Tradisi Menginang yang Mulai Punah

- Senin, 15 Mei 2023 | 15:02 WIB
Tradisi menginang. (Z Creators/Muhammad Rodji)
Tradisi menginang. (Z Creators/Muhammad Rodji)

Menginang atau menyirih adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang sangat berharga. Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. 

Tradisi menginang terdiri dari mengunyah bahan-bahan bersirih seperti pinang, sirih, gambir, tembakau, kapur, dan cengkih. Kegiatan ini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia dan telah menjadi simbol bagi masyarakat adat Melayu.

Menginang bukanlah sekadar kebiasaan makan seperti yang lazimnya, melainkan juga merupakan aktivitas budaya yang sarat dengan makna filosofis dan simbolis. 

-
Tradisi menginang. (Z Creators/Muhammad Rodji)

Banyak orang menganggap kebiasaan menginang hanya sebagai kebiasaan lama yang sudah tidak relevan lagi. Namun, ketika kita memahami fungsi dan filosofi yang terkandung dalam kebiasaan menginang, maka kita akan dapat memahami betapa pentingnya menjaga keberlangsungan tradisi ini.

Tidak diketahui secara pasti asal usul tradisi menginang berasal dari mana. Ada beberapa cerita sastra yang mengatakan bahwa kebiasaan ini berasal dari India. 

Namun, bukti arkeologi menyebutkan bahwa tradisi bersirih tertua ditemukan di Gua Roh, Thailand. Kebiasaan menginang telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu, baik dari Sumatera, Sulawesi, Maluku, maupun Papua.

Fungsi menginang sangatlah beragam. Awalnya, menginang dilakukan sebagai penyedap di mulut. Namun, lama-kelamaan kebiasaan ini menjadi kebiasaan yang menimbulkan kesenangan dan terasa nikmat sehingga sulit untuk dilepaskan. 

Selain itu, menginang juga berfungsi sebagai aktivitas pengobatan merawat gigi. Daun sirih, sebagai bahan menginang, diyakini dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka di mulut, menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, serta sebagai obat kumur. 

Fungsi menginang juga sebagai tata pergaulan dan tata nilai kemasyarakatan. Misalnya, bahan-bahan menginang dijadikan hidangan penghormatan untuk tamu, dan sebagai alat pengikat dalam pertunangan sebelum menikah. Oleh sebab itu, pertunangan sering disebut meminang.

-
Tradisi menginang. (Z Creators/Muhammad Rodji)

Selain memiliki fungsi-fungsi tersebut, menginang juga memiliki filosofi tersendiri. Sirih menyimbolkan sifat rendah hati dan memuliakan orang lain, sebab pohon sirih memerlukan sandaran untuk hidup tanpa merusak. 

Pinang melambangkan keturunan yang baik, karena dilihat dari pohonnya yang menjulang ke atas, serta ada harapan mendapatkan keturunan yang baik dan sukses. Kapur dan tembakau melambangkan hati yang tabah dan rela berkorban demi orang lain.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kebiasaan menginang mulai ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pengaruh globalisasi dan modernisasi, serta adanya anggapan bahwa kebiasaan ini ketinggalan zaman dan tidak sehat. Namun, sejatinya, menginang tetaplah memiliki nilai budaya yang sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan.

Artikel menarik lainnya: 

Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Halaman:

Editor: Z Creators

Tags

Terkini

20 Puisi Galau tentang Cinta yang Bikin Baper

Minggu, 12 Mei 2024 | 19:40 WIB
X