INDOZONE.ID - Kemajuan teknologi informasi telah mendorong sejumlah perusahaan mengatur ulang skema kerja bagi para karyawannya. Jika dulu setiap pekerja harus datang ke tempat kerja, perlahan-lahan sejumlah karyawan bisa bekerja tanpa harus datang ke kantor atau tempat ia bekerja.
Pandemi COVID-19 menjadi salah satu momentum meledaknya jumlah pekerja yang tidak mesti masuk kantor. Sejak pandemi, yang berbuntut terciptanya sejumlah klaster COVID-19, banyak perusahaan yang menerapkan sistem kerja dari rumah (work from home/WFH) ataupun hybrid working yang menggabungkan konsep WFH dan WFO (work from office).
Kini, pascapandemi, sejumlah perusahaan mulai memikirkan untuk menerapkan kerja dari mana aja (work from anywhere/WFA). Ya, bukan lagi WFH tapi WFA! Bisa dari rumah, atau kalau bosan, bisa di kafe, warung, puncak gunung, atau tepi pantai. Yang terpenting: tanggung jawab, profesionalitas, dan intergritas pekerjaan terpenuhi.
Sepanjang perusahaan tersebut adalah perusahaan berbasis teknologi, kenapa tidak. Kecuali bila perusahaan itu adalah perusahaan makanan atau penyedia jasa, semisal pabrik tahu, toko roti, atau restoran cepat saji, di mana karyawan memang harus hadir untuk memproduksi roti atau melayani pembeli.
Soal kemudian ada karyawan yang tak mampu memenuhi itu, perusahaan bisa langsung menghentikan kontrak karyawan tersebut dan mencari orang yang lebih tepat. It's that simple.
Dalam artikel yang dilansir oleh Harvard Business Review (HBR), disebutkan bahwa WFA dapat berdampak positif terhadap produktivitas karyawan.
WFA juga dapat mendorong tercapainya work life balance dan kesehatan, terutama kesehatan mental, bagi karyawan.
Supaya kamu lebih mendapatkan gambaran yang lebih terang mengenai WFA, yuk simak 5 manfaatnya berikut ini, yang tak hanya baik untuk karyawan tapi juga perusahaan.

1. Produktivitas Karyawan lebih Meningkat
Masih dilansir HBR, berangkat dari apa yang terlihat selama penerapan WFH, WFA mampu meningkatkan produktivitas karyawan dalam bekerja.
Sebab, waktu kerja yang lebih efektif dan efisien, antara lain karyawan tak harus datang ke kantor dan menghadapi kemacetan di jalan, dapat dimaksimalkan untuk urusan produktivitas kerja.
2. Efisiensi
WFA juga dapat menciptakan efisiensi dalam banyak hal. Selain tenaga dan waktu, WFA juga dapat menciptakan efisiensi energi dan biaya operasional kantor.
Perusahaan tak harus membuang-buang uang untuk membayar sewa gedung atau perkantoran dan tak harus menyalakan listrik sepanjang hari, serta tak perlu berlangganan internet.
3. Komunikasi antarkaryawan Semakin Intens
Jangan anggap WFA akan membuat karyawan jadi minim berinteraksi. Justru sebaliknya, komunikasi antarkaryawan justru akan semakin meningkat karena harus mengkoordinasikan pekerjaan yang harus diselesaikan dan memastikannya telah beres.
4. Karyawan Bisa Meningkatkan SDM
Karena punya lebih banyak waktu efektif, karyawan dapat meningkatkan kualitas SDM-nya, antara lain dengan mengikuti pelatihan soft skill dan hard skill.
Hal tersebut tentu sulit jika karyawan mesti bekerja dari kantor.
5. Work Life Balance dan Kesehatan Lebih Oke
Karena bisa bekerja dari mana saja, karyawan jadi lebih rileks dalam melakoni pekerjaannya. Ini tentu sangat baik untuk mendorong terciptanya keseimbangan antara kerja dan hidup (work life balance).
Jika work life balance sudah tercapai, maka ujung-ujungnya akan berdampak pula pada kesehatan fisik maupun mental karyawan. Bayangkan bekerja dari tepi sawah atau ladang sambil menyaksikan burung-burung, atau di tepi pantai sambil mendengar debur ombak, atau di kaki gunung yang syahdu.
Selain 5 manfaat di atas, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja, yang dirilis oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang berwacana menerapkan sistem WFA bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).
1. Waktu, ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan faktor utama. Semakin lama tugas dibebankan itu dikerjakan, maka semakin banyak tugas lain yang menyusul dan hal ini memperkecil tingkat efektivitas kerja karena memakan waktu yang tidak sedikit.
Dalam skema kerja Work From Anywhere(WFH), agar proses kerja dapat terukur waktu penyelesaiannya perlu dilakukan komitmen terkait lama waktu pengerjaan atau Service Level Agreement (SLA). Service Level Agreement ini perlu di tampilkan dalam sistem yang dipakai oleh Badan Kepegawaian (BKN) sehingga lama proses layanan dapat terlihat dan memudahkan level superior untuk memonitor pekerjaan tim apakah dalam menyelesaikan 1 dokumen berkas atau pekerjaan melebihi batas waktu yang ditentukan atau tidak.
2. Tugas, bawahan harus diberitahukan maksud dan pentingnya tugas-tugas yang dilegalisikan kepada mereka. Rencana penerapan skema Work from anywhere perlu dijelaskan apa yang menjadi pekerjaan rutin baik pekerjaan rutin harian, mingguan, bulanan, periode, tahunan atau pekerjaan yang bersifat project.
3. Produktivitas, seorang pegawai mempunyai produktivitas yang tinggi dalam bekerja tentunya akan dapat menghasilkan efektivitas kerja yang baik. Dalam skema kerja work from anywhere sangat memungkinkan sekali produktivitas seorang pegawai meningkat, karena waktu pengerjaan tidak dibatasi oleh waktu seperti pada saat work from office (WFO) dan perangkat kerjapun ada setiap saat sehingga memungkinkan untuk melakukan koordinasi pekerjaan baik melalui zoom atau pun alat komunikasi lainnya seperti whatsapp. Namun perlu diperhatikan bahwa skema kerja work from anywhere (WFA) bukan merupakan sistem kerja yang mengharuskan pegawai bekerja tanpa dibatasi oleh waktu. Karena apabila tidak dibatasi dengan waktu dapat mengganggu kehidupan pribadi pegawai yang mengakibatkan turunnya produktifitas
4. Motivasi, pemimpin dapat mendorong bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan tujuan mereka yang sensitif. Semakin termotivasi pegawai untuk bekerja secara positif semakin baik pula kinerja yang dihasilkan. Melalui skema work from anywhere pegawai dapat lebih termotivasi bekerja karena lingkungan kerja yang nyaman seperti di coffee shop dengan lingkungan yang lebih santai dan rilex
5. Evaluasi Kerja, pimpinan memberikan dorongan, bantuan dan informasi kepada bawahan, sebaliknya bawahan harus melaksanakan tugas dengan baik atau tidak. Evaluasi kerja dengan skema work from anywhere bisa dilakukan dengan menjadwalkan meeting mingguan melalui zoom untuk mengevaluasi kinerja bawahan selama satu minggu atau selama periode tertentu serta mendiskusikan tangtangan dan hambatan serta solusi yang tepat untuk menyelesaikan. Dalam hal evaluasi kerja perlu diperhatikan apakah efektif dilakukan secara online atau perlu penjadwalan offline pada satu periode tertentu.
6. Pengawasan, dengan adanya pengawasan maka kinerja pegawai dapat terus terpantau dan hal ini dapat memperkecil resiko kesalahan dalam pelaksanaan tugas. Pengawasan ini erat kaitannya dengan evaluasi kerja. Rencana penerapan skema Work From Anywhere memerlukan monitoring kerja dari atasan dengan timnya. Monitoring ini dapat dilakukan dengan cara membuat suatu template report yang akan dikirimkan setiap harinya. Dalam pengawasan kerja, tidak menutup kemungkinan dibutuhkan pertemuan offline antara atasan dan staf untuk melakukan pendampingan kerja apabila seorang pegawai mengalami kendala dalam melaksanakan tugas
7. Lingkungan kerja, lingkungan tempat bekerja adalah menyangkut tata ruang, cahaya alam dan pengaruh suara yang mempengaruhi konsentrasi seseorang dalam mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan. Perlu diperhatikan penerapan Work From anywhere ini juga dapat mengurangi efektifitas kerja apabila dilakukan di tempat-tempat yang ramai sehingga tidak fokus bekerja karena gangguan yang ada di sekitar.
8. Perlengkapan dan fasilitas, adalah suatu sarana dan peralatan yang disediakan oleh pimpinan dalam bekerja. Semakin baik sarana yang disediakan oleh perusahaan akan mempengaruhi semakin baiknya kerja seseorang dalam mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Penerapan skema work from anywhere memerlukan biaya yang tidak sedikit karena akan mengeluarkan biaya yang banyak untuk penyediaan fasilitas seperti laptop dan aplikasi lainnya untuk layanan kepegawaian. Alur/ Standar Operational Procedure apabila fasilitas yang diberikan mengalami kerusakan perlu ditetapkan, karena tidak semua pegawai bisa secara mandiri memperbaiki fasilitas yang diberikan.