Bukan Main! Wanita Asal Surabaya Sukses Dirikan Pasar Indonesia di Swiss

- Senin, 28 Februari 2022 | 09:40 WIB
Catharina, pemilik dan pendiri Pasar Indonesia di Swiss. (Rosi Meilani/IDZ Creators)
Catharina, pemilik dan pendiri Pasar Indonesia di Swiss. (Rosi Meilani/IDZ Creators)

Siapa yang menyangka jika di Eropa tepatnya di Swiss ada toko Indonesia. Pemiliknya adalah Catharina Oehler, wanita asal Surabaya, Jawa Timur yang menikah dengan pria Swiss.

Catharina diboyong oleh suaminya ke Swiss pada 1998. Sesampainya di Swiss, Catharina sebenarnya ingin bekerja seperti saat di Indonesia, tetapi ia terkendala bahasa. Untuk diketahui di Swiss bahasa lokalnya adalah Bahasa Jerman. 

-
Catharina, bersama pelanggan tokonya. (Rosi Meilani/IDZ Creators)

Catharina kemudian melihat peluang bisnis yang sangat besar di Swiss. Di negara yang terkenal dengan lanskap pegunungan bersaljunya itu ternyata susah mencari produk-produk Indonesia.

Dari situlah, ia dan suaminya memulai mendirikan sebuah toko yang diberi nama Pasar Indonesia. Produk-produk yang dijual didatangkan langsung dari Tanah Air. 

“Pertama datang ke sini, saya enggak menemukan produk Indonesia. Saya melihat potensi ini, saya lempar ide ke suami untuk mengimpor produk Indonesia untuk dipasarkan di Swiss, ia mendukungnya. Lalu kami urus-urus surat izin usaha, nama toko, buat logo, dan persiapan administrasi lainnya,” ujar Catharina kepada Tim IDZ Creators. 

-
Suasana Pasar Indonesia di Swiss. (Rosi Meilani/IDZ Creators)

Berkat kegigihan dan kerja kerasnya serta didukung oleh suami, akhirnya pada awal 1999 berdirilah toko Pasar Indonesia berdiri. Nama Pasar Indonesia sengaja dipilih karena begitu lekat di telinga orang Indonesia. 

Produk yang pertama kali diimpor dari Indonesia terdiri dari bumbu-bumbu, mie instan, kerupuk, saos, kecap dan beberapa produk lain. Namun memang enggak banyak, karena ingin melihat respon pasar dulu. 

Awalnya target pasarnya orang lokal dan orang Indonesia yang tinggal di Swiss. Usahanya terus berkembang hingga kini, bahkan sekarang untuk mendatangkan produk Indonesia Catharina menggunakan kontainer.

-
Pelanggan Pasar Indonesia di Swiss. (Rosi Meilani/IDZ Creators)

Bisnis di negara asing ternyata enggak mudah. Terlebih pada awal berdagang, akses internet sangat susah. Media sosial dan teknologi informasi belum seperti sekarang ini. 

Catharina enggak putus asa, ia menggunakan pamflet yang disebarkan melalui pos untuk mempromosikan produknya dan ternyata efektif untuk mendatangkan pelanggan. Ketika kebutuhan pasar makin meluas, Catharina pindah lokasi ke area Industri.

Produk yang dijualnya pun makin banyak dan beragam. Ada sekitar seribu item, selain bumbu-bumbu Indonesia ada juga produk segar dan frozen. 

-
Suasana Pasar Indonesia di Swiss. (Rosi Meilani/IDZ Creators)

Jerih payah Catharina berbuah manis, kini pembelinya makin melebar enggak hanya perorangan tetapi juga menyuplai ke toko-toko Asia, hotel, kafe, bar, restoran Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Bahkan kalau ada acara orang Indonesia di Swiss, Pasar Indonesia ikut menyuplai barang-barang kebutuhannya. 

Diawal usahanya cara penjualan Pasar Indonesia kebanyakan melalui pemesanan telepon dan pengirimannya melalui pos. Ketika Pasar Indonesia pindah lokasi ke Gewerbepark Bata 4, 4313 Mohlin, Swiss, pelanggannya lebih suka datang ke toko. Pelanggannya bisa leluasa memilih belanjaan sambil ketemu dengan orang-orang Indonesia lainnya.

“Pembeli yang datang ke toko selain orang lokal juga orang luar kota, seperti dari Jenewa sampai menempuh 3 jam perjalanan. Ada juga pelanggan bule dari Jerman dan Prancis, senang belanja di sini serasa belanja di Indonesia,” kata Catharina. 

Halaman:

Editor: Yayan Supriyanto

Tags

Terkini

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB
X