Sejak virus corona masuk ke Indonesia dan telah menyerang sejumlah orang, mungkin kita sering mendengar nama Sulianti Saroso.
Ya, nama Sulianti Saroso adalah nama sebuah rumah sakit yang terletak di Jakarta Utara.
Sesuai dengan namanya, Rumah Sakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso dipergunakan sebagai rujukan setiap kali ada wabah penyakit menular secara global seperti corona.
Bukan hanya sekadar nama sebuah rumah sakit rujukan, di balik berdirinya bangunan ini, ada sosok wanita tangguh pejuang kesehatan yang bernama Sulianti Saroso.
Sulianti Saroso adalah seorang perempuan kelahiran Karangasem, Bali pada 10 Mei 1917.
Sulianti Saroso, atau yang akrab disapa Sul menjadi sosok wanita yang memiliki jasa besar terhadap dunia kesehatan Indonesia.
Wanita yang lahir 28 tahun sebelum kemerdekaan ini diketahui aktif bergerak ke kantong gerilya di daerah Tambun, Gresik, Demak, hingga Yogyakarta untuk mengusahakan obat-obatan dan makanan.
Namun, aksi pahlawan yang dilakukan oleh Sul malah membuatnya ditahan oleh Pemerintah Kolonial Belanda selama dua bulan di Yogyakarta.
Pahlawan dalam dunia kesehatan ini diketahui aktif dalam Organisasi Pemuda Putri Indonesia (PPI). Bersama dengan teman-temannya, Sul membentuk Laskar Wanita yang diberi nama WAPP (Wanita Pembantu Perjuangan).
Kemudian, pada tahun 1947, Sul bersama dengan Utami Suryadarma dan Sukaptinah, mereka menjadi delegasi Indonesia di Kongres Wanita di India.
Saat itu, ketiganya menumpang sebuah pesawat terbang milik industrialis Patnaik yang pada masa itu menjadi blockade runner.
Sama seperti anak muda lainnya yang harus menimba ilmu, Sul memilih untuk bersekolah di Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hoge School) di Batavia pada 1942.
Setelah tamat dari sekolah tersebut, Sul bekerja di bagian penyakit dalam Centrale Burgelijke Ziekenhuis, yang kini dikenal sebagai Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Berhenti dari RSCM, Sul kemudian bekerja di bagian penyakit anak RS Bethesda, Yogyakarta.
