Kekerasan verbal seperti mengejek dan membentak orang lain ternyata kerap dinilai memiliki dampak yang lebih buruk daripada kekerasan fisik.
Sebab, kekerasan verbal erat kaitannya dengan dampak negatif pada psikologis dan psikis yang dapat menyebabkan trauma. Hal tersebut diperparah karena luka atau rasa sakit akibat kekerasan verbal tidak terlihat bekasnya sehingga sulit untuk diobati.
Trauma akibat kekerasan verbal membutuhkan waktu yang lama hingga dapat dipulihkan melalui terapi oleh ahlinya, mengingat sifatnya yang tak nampak.
Kalau seseorang yang menjadi ‘korban’ telat untuk dipulihkan dan diobati, akan muncul kecenderungan dikemudian hari bahwa ia juga akan melakukan kekerasan verbal yang sama kepada orang lain.
Biasanya ketika ia merasa ada orang yang menurutnya lebih lemah dari dirinya, maka ia akan merendahkan orang tersebut secara verbal dan menggunakan kata-kata yang kasar.
Jika diperhatikan, sebenarnya tujuan utama melakukan kekerasan verbal ketika menemukan orang yang ia rasa memiliki kekurangan jika dibandingkan dengan dirinya adalah demi mendapatkan rasa percaya diri.
Sebab pada umumnya, pelaku kekerasan verbal memiliki krisis percaya diri akibat trauma masa lalunya. Dia percaya bahwa dengan menyakiti orang lain yang lebih lemah dari dirinya, maka ia akan merasa mendominasi dan lebih memiliki rasa percaya diri.