Aquamasi, Metode Kremasi Baru yang Dipilih Mendiang Desmond Tutu

- Senin, 3 Januari 2022 | 18:07 WIB
Pendeta berdoa di samping peti mati Uskup Agung Desmond Tutu selama upacara pemakamannya di Katedral St George di Cape Town, Afrika Selatan. (Jaco Marais/Pool via REUTERS)
Pendeta berdoa di samping peti mati Uskup Agung Desmond Tutu selama upacara pemakamannya di Katedral St George di Cape Town, Afrika Selatan. (Jaco Marais/Pool via REUTERS)

Kepergian Uskup Agung Desmond Tutu, peraih Nobel Perdamaian dan veteran perjuangan Afrika Selatan pada 26 Desember, meninggalkan luka yang cukup dalam bagi banyak pihak.

Pada Sabtu (1/12/2022) keluarga berkumpul melepas kepergian Desmond Tutu di sebuah kebaktian pribadi di Katedral St. George. Abu Desmond Tutu dikebumikan di Cape Town.

Tutu yang meninggal pada usia 90 tahun, dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana. Tutu juga telah meminta bahwa upacara pemakamannya harus sederhana, dia juga memilih kremasi dengan cara aquamasi.

Baca juga: Penampakan Proses Kremasi Jenazah, dari Tubuh Utuh Hingga Tinggal Tulang

Dilansir News24, aquamasi adalah metode kremasi baru yang menggunakan air dan disebut-sebut ramah lingkungan.

Aquamasi hanya diizinkan di negara-negara tertentu, sementara di Afrika Selatan, aquamasi telah diperkenalkan tahun 2019, menurut laporan Business Insider SA.

Kremasi dengan cara aquamasi, di mana jenazah direndam  selama tiga sampai empat jam dalam campuran air dan alkali kuat seperti kalium hidroksida dalam silinder logam bertekanan dan dipanaskan hingga 150 derajat Celcius.

Metode ini diklaim menghemat lebih dari 90% energi dibandingkan dengan menggunakan metode tradisional. Sementara itu, sisa abu yang dikembalikan kepada keluarga juga lebih banyak, yakni sekitar 20-30 persen.

Aquamasi akan mencairkan segalanya kecuali tulang, yang kemudian dikeringkan dalam oven dan direduksi menjadi debu putih, ditempatkan dalam guci dan diserahkan kepada keluarga.

Peneliti Philip R. Olson yang berbasis di AS, mengatakan bahwa aquamasi pertama kali dikembangkan pada awal 1990-an sebagai cara untuk membuang tubuh hewan, metode ini kemudian digunakan untuk membuang sapi selama epidemi penyakit sapi gila.

Di tahun 2000-an, sekolah kedokteran AS menggunakan aquamasi untuk membuang mayat manusia yang disumbangkan, sebelum praktik tersebut masuk ke industri pemakaman.

Menurut perusahaan yang berbasis di Inggris Resomation, aquamasi menggunakan energi lima kali lebih sedikit daripada api, dan mengurangi emisi gas rumah kaca pemakaman sekitar 35%.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X