Di Ramadan tahun ini, puluhan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), mengikuti kegiatan Pondok Ramadan yang digelar oleh Pondok Pesantren (Ponpes) Sunan Kalijaga Dusun Jatipandak, Desa Jatiduwur, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Pengasuh Pesantren Sunan Kalijaga, M Imam Nurul Zudha mengatakan, selama Ramadan ini puluhan ODGJ tersebut menjalani rehabilitasi untuk diajak belajar banyak soal agama.
"Untuk anak-anak yang rehabilitasi dengan gangguan kejiwaan, sebisa mungkin pada Ramadhan ini ada pelatihan-pelatihan keagamaan, yang menggugah kembali ingatannya," kata Imam, seperti dikutip dari ANTARA.
Baca juga: Heboh, Cewek Pakai Gaun Hitam Peragakan Gerakan Salat di Tengah Jalan, Diduga ODGJ
Imam mengatakan, puluhan ODGJ itu bisa belajar tentang bacaan surat pendek, termasuk mengikuti salat tarawih. Menurut Imam, semakin banyak latihan bisa meningkatkan kembali ingatan mereka.
"Semakin banyak latihan, semakin banyak akan mengingatkan mereka. Ini pelan-pelan mengembalikan memori mereka, sehingga bisa pulih," ungkapnya.
Imam mengakui, membimbing para ODGJ yang menjalani rehabilitasi tidak sama dengan membimbing orang normal, karena diperlukan kesabaran. Para ODGJ tidak bisa dipaksa untuk mengikuti kegiatan keagamaan.
"Seperti puasa atau kegiatan keagamaan lainnya, mereka harus mau menjalani sendiri tanpa harus dipaksa," beber Imam.
Selain memberikan terapi keagamaan, pihaknya juga mengajarkan sosialisasi dengan lingkungan. Dengan begitu, diharapan mereka bisa kembali pulih. Efeknya, jika nanti para ODGJ tersebut sudah sembuh, bsa berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
"Tentu pembiasaan. Hal-hal yang terkait dengan sosial sama hidup banyak orang. Bagaimana bisa berinteraksi kembali, sebisa mungkin dilakukan. Jadi, rehabilitasi yang kami lakukan dengan cara pendekatan interaksi," terang Imam.
Baca juga: Kisah Mantan Perawat 15 Tahun Merawat Ribuan ODGJ di Tulungagung, Bikin Air Mata Menetes
Pondok Pesantren Sunan Kalijaga di Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang ini berada di tepi Sungai Brantas. Di pesantren ini memang khusus membina santri ODGJ dari berbagai daerah di Jawa Timur dengan berbagai sebab dan tingkatan.
Jumlah santri yang tercatat cukup banyak, yakni 47 orang. Semuanya berkebutuhan khusus dengan riwayat dan latar belakang mengalami gangguan mental.
"Semua yang berkebutuhan khusus karena memang memiliki riwayat dan latar belakang gangguan mental. Ini termasuk mereka yang depresi karena berbagai hal dan persoalan hidup," ujar dia.
