Kelangkaan minyak goreng kemasan di pasaraan masih saja terjadi. Imbasnya banyak terjadi keributan karena saling berebut minyak goreng. Kondisi ini ternyata justru membuat permintaan minyak klentik atau minyak kelapa meningkat tajam.
Tumi (61), warga Gedangsari, Kelurahan Baleharjo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY yang memproduksi minyak kelapa. Mbah Tum sapaan akrab menjelaskan, telah membuat minyak kelapa sejak 1985.
Meskipun permintaan minyak kelapa meningkat namun harganya masih sama. Ia enggak menaikkan harga atau memanfaatkan situasi untuk meraup lebih banyak lagi pendapatan.
“Enggak, saya enggak mau menaikan harga. Untuk harganya masih sama dengan sebelum minyak langka Rp50 ribu per botol 600 ml dan Rp125 ribu per 1,5 liter,” kata Mbah Tumi kepada Tim IDZ Creators.
Untuk menjual minyak klentik, Mbah Tumi enggak terlalu sulit karena sudah ada pelanggan tetap. Setiap pagi hari, para pelanggannya yang sebagian besar pedagang sayur keliling pasti mengambil minyak kelapa di rumahnya.
"Kalau dulu mau menjual minyak klentik harus keliling kampung, sekarang sudah ada pasar modern. Setiap pagi di ambil penjual sayur,” imbuh Mbah Tumi.
Meski semua proses produksinya dilakukan secara tradisional namun dalam sehari ia mampu memproduksi 8 hingga 15 botol minyak kelapa. Rata-rata perhari Tumi mampu mengolah 50 kelapa untuk dijadikan minyak klentik.
Menurut Mbah Tumi, minyak kelapa buatannya digunakan pedagang bakmi Jawa serta sering di unakan sebagai minyak rambut.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini
