Bagi masyarakat Jawa mungkin tidak asing dengan acara tedak siten. Bahkan beberapa artis menerapkannya, sebut saja Nagita Slavina dan Raffi Ahmad yang melakukan tedak siten terhadap Rafathar.
Dalam tradisi Jawa, setiap bayi yang usianya telah mencapai tujuh bulan atau 7 lapan disarankan untuk melakukan ritual adat Tedak Siten. Istilahnya sendiri berasal dari bahasa Jawa, tedak yang artinya kaki dan Siten (siti) yang berarti tanah.
Tedak siten masih dipegang teguh oleh masyarakat Jawa masih dipegang teguh hingga saat ini. Seperti yang dilakukan oleh Pramita Kusumaningrum, Tim IDZ Creators yang tinggal di Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Pramita dan suaminya Ahmad Fauzani melakukan prosesi Tedak Siten terhadap anaknya, Muhammad Gibran Zata Pramudya. Upacara turun tanah ini memiliki tujuh rangkaian yang saling berkaitan.
Pertama adalah anak dimandikan dengan air yang telah dicampur kembang setaman. Langkah ini sebagai harapan agar si anak mampu membawa nama baik bagi keluarganya.
Langkah kedua, proses pemakaian baju yang bagus dan bersih. Tujuannya agar anak bisa menjalani kehidupan dengan baik. Ketiga, anak akan dituntun untuk berjalan di atas tujuh jadah dengan tujuh warna.
Dalam jadah warnanya adalah cokelat, merah, kuning, hijau, ungu, biru, dan putih. Setiap warna mencerminkan lambang kehidupan. Langkah keempat, anak dibimbing menaiki tangga yang dibuat dari tebu.
Hal itu sebagai simbol dari jenjang kehidupan. Tebu yang kependekan dari antebing kalbu bermakna keteguhan. Lalu tahap kelima, setelah menapaki tangga tebu, urutan selanjutnya kemudian Sang Anak dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang di dalamnya berisi aneka mainan anak memilih sendiri mainan yang disukainya.
Filosofinya adalah orang tua memberi kebebasan kepada sang anak untuk menentukan jalan hidupnya tanpa intervensi. Tugas orang tua adalah membimbing dan mengarahkan, bukan memaksakan kehendak kepada anak.
Keenam, Anak-anak yang datang diminya untuk meroyok uang logam dengan berbagai macam bunga dan beras kuning yang ada di tempat mandi. Sebagai lambang dan harapan supaya anak diberkahi rezeki yang melimpah, tetapi tetap memiliki sifat dermawan.
Terakhir, Tedak Siten dilanjutkan dengan doa serta foto bersama keluarga besar. Setelah itu diadakan pemotongan tumpeng dan makan bersama-sama. Tujuan dilaksanakannya prosesi Tedak Siten adalah untuk mempersiapkan anak agar mampu melewati setiap fase kehidupan.
Di mulai dengan tuntunan dari kedua orang tuanya hingga ia mulai berdiri sendiri dan memiliki kehidupan mandiri.
"Bagi leluhur, upacara ini adalah wujud penghormatan pada bumi yang menjadi tempat berdirinya si kecil dengan diiringi lantunan doa. Harapannya agar anak selalu diberikan berkah dan pertolongan selama menjalani kehidupan," Mbah Sobingatun, tetua adat setempat.