Menghitung Burung Air di Tengah Menyusutnya Lahat Habitat Mereka

- Selasa, 15 Februari 2022 | 18:09 WIB
Para mahasiswa mengamati burung air di habitat alami mereka di Gorontalo. (Foto/Antara)
Para mahasiswa mengamati burung air di habitat alami mereka di Gorontalo. (Foto/Antara)

Waktu menunjukkan pukul 09.30 saat kaki-kaki mereka menapaki tanah berlumpur di atas tanggul.

Sesekali ada yang berteriak, disusul tawa yang lain. Ternyata kaki salah satu dari mereka mendarat pada kotoran sapi yang berserakan di tempat itu.

“Awas jangan ribut, nanti burung-burung kabur,” ujar yang lain memperingatkan.

Cuaca tetap saja mendung, meski hujan sudah reda. Sejak pukul 06.00, Zulfikar Niode sebagai koordinator lapangan dan teman-temannya telah bersiap mengamati burung di sebuah danau, namun terhalang hujan deras.

Para mahasiswa ini mengenakan kostum dengan warna tak mencolok. Mereka dibagi dalam tiga kelompok, masing-masing dibekali dengan satu binokuler dan buku untuk memudahkan identifikasi jenis burung.

Setiap kelompok didampingi oleh satu pemandu, yang sudah berpengalaman sebagai pengamat burung dan fotografer satwa liar.

Beberapa menit kemudian, teropong mereka tertuju pada burung berwarna biru tua di bagian dada dan hitam di bagian kepala hingga punggung. Paruh dan kakinya berwarna merah, serta cukup lincah bermain di antara hamparan eceng gondok.

Burung yang teramati adalah burung mandar besar (Phorpyrio porphyrio), yang umum ditemukan di Danau Limboto. Jenis burung air tersebut juga kerap menjadi sasaran pemburu, yang biasanya berkunjung ke danau pada akhir pekan.

“Ternyata mengamati burung seru juga. Tantangannya adalah saat kita mengidentifikasi  jenisnya apa. Baru mau mengamati ciri-cirinya, eh, burungnya sudah terbang,” kata salah seorang peserta, Tiara Olii.

Pengamatan ini adalah pengalaman pertama bagi Tiara dan kawan-kawannya yang tergabung dalam Kelompok Studi Lingkungan Archipelago. Namun demikian, ini bukan kali pertama mereka turut serta dalam aksi dan kampanye lingkungan.

Kelompok yang dibimbing oleh dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Sri Sutarni Arifin dan Muhamad Rijal Syukuri ini bahkan ikut mengelola bank sampah kampus, mengajarkan warga membuat biopori, hingga bersih-bersih pantai.

“Kami mendorong mahasiswa memiliki perhatian khusus terhadap lingkungan, agar mereka bisa merancang bangunan yang ramah lingkungan atau mempertimbangkan ekosistem di sekitarnya dalam desainnya,” kata Sri yang juga Sekretaris Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Gorontalo.

Sensus burung air

Pengamatan dan penghitungan jumlah burung di Danau Limboto merupakan kegiatan sensus burung air yang diinisiasi oleh tiga organisasi.

Organisasi tersebut adalah Biodiversitas Gorontalo (BIOTA), The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Gorontalo, serta Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X